Semakin banyaknya pondok pesantren dengan konsep yang modern dan menyediakan fasilitas pendidikan lengkap menambah alternatif sekolah unggul yang bisa dipilih. Pesantren sebagai lembaga pendidikan terbukti telah banyak melahirkan tokoh dan pemikir dalam berbagai disiplin ilmu.
Jika dulu lulusan pondok dikenal sebagai ahli agama dengan kemampuan memimpin umat untuk urusan keagamaan dan ibadah, kini semakin meluas. Tidak sedikit ahli dalam berbagai bidang yang ternyata lulusan pondok pesantren. Mulai dari dokter, pendidik, pengusaha, sampai politikus yang lahir dari pola pendidikan pondok pesantren.
Perkembangan yang positif ini tentu secara tidak langsung mendukung popularitas pondok pesantren. Ini yang menjadi bahan pertimbangan orang tua dalam memilih pesantren sebagai lembaga pendidikan untuk anak-anaknya.
Pola asuh dan pola pendidikan di pesantren terbukti mampu mencetak pribadi unggul yang tidak hanya ahli agama, tetapi juga bidang lain. Sistem pendidikan tersebut sudah berhasil menempa santri sehingga mempunyai kepribadian dan jiwa yang positif. Sikap tersebut sangat diperlukan oleh peminpin bangsa agar bisa membawa masyarakat agar lebih baik.
Selama dalam lingkungan pesantren, santri ditempa untuk terus memperbaiki diri. Lulusan pesantren mempunyai karakter dan kemampuan dasar sebagai pemimpin. Karena itu, pondok pesantren telah melahirkan lulusan yang siap untuk memimpin masyarakat.
Ada putusan, karakter yang dimiliki lulusan pesantren tersebut di antaranya, pertama, kemandirian.
Pelajaran pertama yang diterima oleh santri selama mondok adalah kemandirian. Mengurus pakaian mencuci dan menyetrika, memenuhi kebutuhan pribadi, menjaga kebersihan diri dan lingkungan tanpa harus diingat oleh orang tua setiap hari merupakan cara untuk menjadikan santri mandiri.
Jiwa mandiri sangat penting diterapkan ketika sudah terjun ke masyarakat maupun pada saat berkesempatan untuk menjadi pemimpin. Dengan demikian tidak perlu bergantung pada orang lain dan bisa mengambil keputusan tanpa harus menunggu instruksi pihak lain.
Kedua adalah gotong royong. Bekerja sama membersihkan lingkungan, menjaga dan membangun serta menjaga fasilitas untuk kepentingan bersama yang sering dilakukan oleh santri merupakan modal dalam bermasyarakat.