KETIKA TERANG BULAN
Ketika terang bulan
Kami gelar tikar di halaman
Mengenang wajah moyang
Yang gelisah di punggung malam
Lampu-lampu temaram
Di balai-balai bambu
Di jalan petang itu
Hanya cahaya kunang-kunang
Mengirim hangat pedusunan
Sebab ketika terang bulan
Angin menembang di bawah siwalan
Serupa tembang kakek lugu
Suaranya menggetarkan bintang-bintang jatuh
Ini malam keberuntungan
Kami melepas petaka di halaman
Membuka lebar-lebar jendela doa
Mengharap bulan jatuh di dasar dada
Ini bulan kebahagiaan
Kami menggelar selamatan
Meski sekadar kembang senyuman
Luka-luka berguguran di halaman
Di waktu yang kian purba
Malam tak membuka jendela
Halaman tak lagi menggelar tikar
Tembang siwalan tak terdengar
Sebab bulan yang terang benderang
Kini karam di lampu-lampu perkotaan.
Gapura, 5 Januari 2021.
PERJALANAN CINTA
Mengapa tak sampai juga, kasihku
Perjalanan cinta yang terlampau jauh
Hari-hari hanya ranting patah
Kesedihan menggunung dalam jiwa
Sedang rindu adalah perahu
Terus melaju membelah gelombang waktu
Aku tak tahu sampai mana batas cintaku
Terus mekar di kedalaman kalbu
Mendoakanmu satu-satunya cara
Mencintaimu agar tak terluka
Sesekali air mata mengembun di mataku
Kuasah batu pada hatimu
Biar, puisi yang menjaga senyummu
Agar tak hilang direnggut waktu
Kelak akan kukenang berulang-ulang
Hatimu yang mawar, di atasnya
Lebah dan kumbang-kumbang
Gapura, 29 November 2020.
MERINDUKANMU SETIAP PAGI
Aku merindukanmu seperti halnya rumput-rumput di halaman
Menanti sinar matahari pagi. Dan kesakitan
Adalah embun yang lepas dari ujung daun
Memupuki bunga pagar yang semakin ranum
Aku bergegas berjalan menuju selatan