Aku adalah rahim segala aksaraku yang lahir
Aku adalah aksara setiap rasaku yang nadhir
Aku adalah api nista seluruh nafsuku yang kafir
Aku adalah nafsu berbagai ingkariku yang pandir
Aku adalah aku, nafsu adalah aku,
Apa yang kau sebut tuhanmu bukan aku,
Dan aku bukan penyebut yang kau sebut tuhanmu
Apa yang kau sebut tuan bukan tuanku
Juga aku tidak menuankan tuanmu.
Aku adalah..
Keangkuhan yang menontonkan ketololan berselimut kerendahan,
Kabut panas pelepas hujan gersang nan garang
Kesombongan hati congkak dada retak, kemarahan yang rusak
Ratapan durjana penjilat angkara murka.
Hingga, panggilan meyadarkan kekhilafan.
Seruan tuan dari segala tuan.
Mendekap erat menjadi rindu
Mengecup mesra berubah sendu.
Kau tuntun raga beradu ragu
Lihat! Betapa lembut pandanganmu tanpa kerut
Sedang, yang dipandang busuk gersang kelabut awan
Hingga kau pertemukan aku dengan ramadhan.
Akhir kini kita berjanji. Di sini di bawah semburat lembayung senja
Kupeluk rindu, kau peluk daku, ramadhan.
Kubersimpuh di pangkuanmu ramadhan.
Segaris rasa dan retorika selalu beradu tuk memikat perhatian
Nista hati ini ketika bersehadap pasrah nan penuh tangisan
Penyesalan tiada tara berangka angka.
Relung jiwaku menyatu padu dalam kerendahan,
Tuk bersanding di altar keridhoanmu, ampunanmu.
Keberkahan tak hingga dirangkai penuh makna di siangmu
Alunan doa manusia selalu terpanjatkan di malammu
Tak peduli jiwa bejat nan remuk redam
Kau sulap dengan penuh keindahan