Semaan Puisi, sebuah perkumpulan yang dirintis sejak 26 Oktober 2023, di adakopi original, Jalan Haji Nawi Malik, Serua, Depok hingga kini istikamah berkegiatan: bertemu, membaca puisi, menyimak, dan berdiskusi.
Sejak didirikan, Semaan Puisi tidak memiliki tujuan muluk-muluk. “Kami menciptakan ruang untuk sejenak menghilangkan segala kepenatan aktivitas sehari-hari,” aku Beni Satria, penyair yang juga pendiri Semaan Puisi. “Selain itu, kami belajar bagaimana para penyair dunia dalam berproses kreatif.”
“Ya, dalam Semaan Puisi kita tidak sekadar berkumpul tapi kita juga belajar mengenali diri, belajar kembali tentang Jejak dan karya para maestro, baik dari Indonesia maupun penyair dunia,” imbuh Angin Kamajaya, pengampu Semaan Puisi.
Sekilas, kegiatan Semaan Puisi sangat sederhana, tidak seperti kegiatan sastra pembacaan pada umumnya. Dalam kegiatan yang digelar tiap Kamis malam, para anggota Semaan duduk melingkar, kemudian berdoa dan membaca Al-Qur’an, surat Yasin.
Setelahnya, Angin Kamajaya membacakan biografi penyair yang dipilih sebelum kemudian ia dan para anggotanya membacakan puisi secara bergiliran.
Itulah yang tergambar dalam Semaan Puisi edisi ke-54 yang diadakan di Pendopo Doa, Jalan Al-Inayah, Rawa Kalong, Depok, Jawa Barat, Kamis (14/11/2024).
Sang pemilik pendopo, Azaria Indrwardhanan, sangat mengapresiasi kegiatan Semaan Puisi diadakan di pendoponya.
“Kegiatan seperti ini sejalan dengan niat kami mendirikan pendopo ini. Sejak mula, pendopo ini didirikan memang untuk kegiatan-kegiatan budaya, kesenian, dan literasi. Diharapkan, dengan adanya kegiatan yang diadakan di sini dapat memberi edukasi kepada anak-anak muda untuk mencintai budaya Nusantara yang kaya raya,” ungkapanya.
Kamis malam kenari, Semaan Puisi membaca jejak dan karya penyair tersohor Prancis, Charles Baudlaire. Sebagaimana tersemat dalam catatan Angin Kamajaya, penulis buku Jejak dan Karya 13 Penyair Dunia, puisi-puisi Baudelaire sangat kuat, liar, dan berpengaruh kepada penyair-penyair generasinya, di antaranya, Paul Velairene, Arthur Rimbaud, dan Stephane Mallarme.
Penyair Naning Shceid, penyair yang juga menulis dan menerjemahkan puisi-puisi Charles Baudlaire, yang hadir turut nembaca salah satu puisi dari karya sang maestro. Penyair Indonesia yang kini tinggal di Belgia itu mengakui, “Tidak mudah menerjemahkan puisi-puisi Charles Baudelaire, ia sangat ketat dan matematis, terutama dalam menjaga rima, irana, dan metrum.”
Baudelaire bersekolah di kota Lyon, Prancis. Saat usianya masih 14 tahun, teman-temannya sering menyebutnya sebagai orang yang lembut dan terhormat yang mencintai sastra melebihi usianya sendiri. Hidup Baidelaire tidak tertib dan cenderung berantakan.
Puisi-puisi Baudelaire sebagian besar menggambarkan pengalamannya hidupnya denga permainan rima yang baik, beberapa puisi terasa bernuansa erotik karena pengaruh sastra era romantik. Ia pernah tersangkut politik sastra atas buku puisinya yang berjudul Les Fleurs du Mal.