RINDU YANG BISU
Rintih dan jerit menjadi semakin pasti
Terdengar menyayat tetapi juga merdu mesra
Samar-samar suara itu aku cecap
Ada gelora yang seakan menuntut tuk segera temui puncaknya
Bukan serpihan kefanaan ini yang aku damba
Oh… andai Kau mau menilik tepian kalbuku
Gelisah ini semakin menjadi-jadi
Masih sajakah Engkau menutup mata-Mu
Aku tak menuntut apapun dari-Mu
Akupun tak akan pernah membiarkan lidahku
Memuntahkan kata yang membuat-Mu mengira jika aku meminta-Mu
Aku akan tetap menjaga kebisuan ini
Aku tahu Engkau pasti menjawabku
Kesugihan, Desember 2020
MATA ITU
Aku ingat betul mata itu
Ada pendar-pendar di sekelilingya
Bukan hanya itu, renda-renda juga tampak melingkar
Indah memeluk bulatan itu
Sungguh, mata itu
Aku ingat betul cahayanya
Seolah ada iringan kata-kata
Ketika kutatap bulatan itu
Ah,tapi apa benar mata itu
Mungkin hanya ilusi rasaku
Dan memang ketika aku terbangun dari lelapku
Memang benar semata
Kalau semua itu bias kesepianku
Mata itu
Kini dia hanya semakin menebalkan kecewaku
Juga hampaku
AKU LUPA
Kau tahu jika aku sangat pelupa
Apalagi kalau bahagia sedang memenuhi
Seluruh ruang dada
Aku lupa kalau Kau yang menitip kebahagiaan itu
Saat sakit tertusuk duri dunia
Baru aku sadar
Kalau benar Kau ada
Aku lupa jika aku memang sangat pelupa
Maafkan aku ya
Aku lupa ucapkan maafku yang melupakan-Mu.
Gandrungmangu, November 2020