Santri dan Riset

Saya beruntung bisa hadir dalam rangkaian kegiatan pelatihan penulisan kreatif dan jurnalistik di Pondok Pesantren Cipasung, Singaparna, Tasikmalaya, Kamis-Jumat (29-30/5/2025) lalu.

Saya kebagian mengisi materi tentang metodologi riset di hari kedua, setelah materi penulisan cerpen yang disampaikan sastrawan Putu Fajar Arcana. Di hari pertama, peserta memperoleh materi penulisan opini dan dasar-dasar jurnalistik yang disampaikan Redaktur Kompas Hilmi Faiq dan Mukhlisin Ashar dari jejaring duniasantri.

https://www.instagram.com/jejaringduniasantri/

Merupakan tantangan tersendiri bagi saya, bagaimana membicarakan metodologi penelitian di hadapan para santri yang notabene lebih bergelut dengan khazanah ilmu-ilmu agama, yang secara umum menggunakan kajian berbasis teks, khususnya kitab-kitab klasik. Untuk itu saya memutuskan untuk menjadikan sesi pelatihan sebagai “perkenalan”, dalam arti tidak fokus kepada detail-detail metodenya, melainkan memberi gambaran mengenai dunia penelitian itu sendiri, khususnya melalui kacamata ilmu sosial yang memusatkan kajiannya pada dinamika sosio-kultural masyarakat.

Menurut hemat saya, pada akhirnya santri harus mengenal metode penelitian juga. Mau tidak mau, pada era digital dan kompleksitas kehidupan modern yang semakin rumit, santri sedikit-banyak perlu dibekali kemampuan bermetode, dalam arti meneropong realitas sosio-kultural masyarakat melalui kacamata ilmiah.

Dengan keyakinan inilah, saya merangkai sesi pelatihan yang berfokus pada metode kualitatif, yakni melalui wawancara dan pengamatan. Saya mencoba menjelaskan prosedur-prosedur penelitian ilmiah sebagai suatu proses metodologis, dalam rangka mendapatkan data yang valid, reliable, dan berkualitas.

Alhamdulillah, responnya cukup baik. Para peserta terlihat antusias dengan kemungkinan-kemungkinan yang bisa dibuka melalui berbagai teknik penelitian kualitatif. Hak itu nantinya saya harapkan dapat memberi keyakinan bagi mereka untuk tidak takut atau ragu-ragu dalam mengembangkan penelitian sendiri.

Dunia penelitian bukan dunia yang “menyeramkan” atau “misterius”, yang hanya bisa dimasuki oleh orang-orang “pilihan”. Tidak. Dunia penelitian sesungguhnya dunia yang biasa-biasa saja, sewajar kita menjalani hidup sehari-hari. Metode penelitian bukan aturan-aturan yang harus “disembah”, melainkan sekadar penuntun bagi kita untuk mendapatkan hasil yang diinginkan dari penelitian itu sendiri. Meski buku-buku metodologi (dan kelas-kelas metodologi di kampus) memang terlihat pelik, jelimet, dan cukup memusingkan, dalam praktiknya penelitian adalah kegiatan yang “normal” saja dalam dunia akademik.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan