Sastrawan nasional Jamal D Rahman akan berbicara tentang situasi minimnya kritik sastra di Indonesia pasca HB Jassin. Kang Jamal, panggilan akrabnya, akan berbicara dalam forum diskusi yang mengupas buku berjudul Jalan Kritik Sastra: Aplikasi Teori Poskolonial hingga Ekokritik karya Yusri Fajar.

Diskusi akan berlangsung pada Sabtu, 27 September 2025, pukul 15.30 hingga 18.00 WIB. Bertempat di Al-Zastrouw Library. Diskusi dilaksanakan oleh Komunitas Semaan Puisi bekerja sama dengan Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia.

Menurut Angin Kamajaya, pendiri dan pengasuh Semaan Puisi yang juga seorang dosen sastra di Universitas Pamulang, diskusi-diskusi semacam ini bukan sekadar penting, melainkan sebuah keniscayaan.
“Adanya diskusi sastra itu tidak hanya penting, tapi menjadi keniscayaan di tengah ketidakimbangan antara karya sastra dan kritik sastra,” ujar Angin, yang juga akan bertindak sebagai moderator dalam acara ini.
Forum diskusi ini secara spesifik akan membedah buku karya Yusri Fajar, yang salah satu fokusnya menyoroti minimnya kritikus sastra handal di Indonesia.
Sejak berpulangnya sang Paus Sastra HB Jassin, ruang kritik sastra seolah kehilangan nakhoda. Minimnya kritikus yang tekun dan konsisten ini, menurut Yusri dalam bukunya, berdampak langsung pada tergerusnya “pergulatan” intelektual di dunia sastra itu sendiri.
Di tengah arus karya sastra yang kian membanjir, sebuah senjang menganga tak terhindarkan: minimnya kritik sastra yang mumpuni.
“Jurang inilah yang coba dijembatani oleh Semaan Puisi, sebagai upaya untuk mengisi kekosongan tersebut dengan menghadirkan sastrawan terkemuka Jamal D Rahman,” tandas Angin.
Jamal D Rahman bukan hanya dikenal luas sebagai penyair yang karyanya telah diterjemahkan ke berbagai bahasa tetapi juga sebagai intelektual yang intens menulis catatan kebudayaan di majalah Horison, tak terkecuali tentang kritik sastra. Kehadiran sosok yang pernah mengkampanyekan pentingnya membaca dan menulis lewat program Sastrawan Bicara, Siswa Bertanya (SBSB) ini diharapkan dapat membuka cakrawala baru tentang masa depan kritik sastra di Tanah Air.
Menurut Angin, forum diskusi buku ini menjadi ajakan terbuka bagi siapa saja yang peduli dan ingin terlibat dalam merawat denyut jantung literasi Indonesia.