TENGAH MALAM
1//
Angin mengawasi diriku yang kesepian
Padahal, bulan hendak menikamku dari belakang
2//
Malam kehilangan separuh makna, bila bulan mengeja gelap di matanya
3//
Tengah malam, tak ada sesiapa di dekatku.
:Aku nyaris membuatmu tiada
2023.
SEKUNTUM OPIA
Aku menangisi air mataku sendiri,
Bila teringat aroma tubuhmu yang menyeruap dalam tubuhku
Aku meludahi diriku sendiri
Bila teringat lekuk pesonamu memainkanku
Aku menemukan hinaku sendiri
Bila teringat, jejal rambutmu menjelajahiku
2023.
AROMA DUKA
Lusuh aroma duka, mengabari tubuhmu yang kehilangan aku
Tak ada jawaban dari sebuah penyesalan, sebab waktu takkan pernah terulang.
Salahmu sendiri menebar aroma di lumbung mataku
2023.
TERBUNGKAM DALAM SUARA
1//
Kelebat suara membicarakanmu satu per satu
Tepat di jejeran panyair ulung, tak sekalipun terluputkan namamu
2//
Yang terbungkam dalam suara,
Begitu katanya
Dan, kau benar-benar ada di tengah-tengah larik para penyair.
3//
Di dalam lipatan kertas, di sebidang koran yang dijajakan, namamu masih lekat-melekat dalam hidangan kata-kata.
Para penulis masih membicarakanmu, padahal engkau sudah tiada
2023.
SAREYANGMU, IBU
Akulah anak sareyangmu, Ibu!
Saat kulihat almanak kala itu
Kau menggendongku hingga terlelap dalam pangkuan surga
Diiringi larik-larik puja-puji kepadaNya
Akulah anak sareyangmu, Ibu!
Doamu senantiasa membelah langit malam
Agar anakmu yang durhaka ini, tak menemukan jalan kelam
Cukup pangkuanmu, Ibu. Sebagai tempat berpulang
Saat tak tahu lagi, kepada siapa lagi rindu ini kulabuhkan.
Akulah anak sareyangmu, Ibu!