SURAT DARI AWAN

117 kali dibaca

MALAM YANG MENYUSUN CAHAYA

Malam,
seperti lautan yang diam,
menyimpan riak yang tak terlihat.
Dalam gelap,
kaususun cahaya dari langit
seperti tangan yang meraba tanah,
menanam benih iman.

Advertisements

Sebuah suara membelah,
melayang dari lubuk sunyi
ke rumah-rumah tak berpenghuni.
Engkau datang,
bukan dengan teriakan lantang atau pedang,
tapi dengan kelam yang hening,
yang menyingkap kabut jiwa.

Apakah cahaya harus selalu hadir dalam bentuk?
Atau engkau, ya Rasul,
mengajarkan bahwa terang
adalah suara bisik
yang tak pernah meninggalkan bayangannya.

2024.

PADANG MERINDUKAN JEJAK

Pasir berbisik,
menggulung dirinya sendiri
di antara kaki yang hilang.
Seperti padang yang merindukan jejak,
kau melangkah tanpa suara.
Angin menjadi saksi,
bahwa setiap langkahmu adalah gelombang
yang menghantam tepi langit.

Engkau tak menoleh ke belakang,
karena masa lalu tak pernah benar-benar hilang.
Di matamu,
ada tempat yang tak pernah bisa dijangkau
oleh mereka yang terkurung waktu.

Mekkah dan Madinah,
hanyalah bayangan dari langkah-langkah panjang
yang tak pernah benar-benar dimulai.

2024.

SEBELUM ANGIN BERHENTI

Di ujung hari,
sebelum angin berhenti,
engkau mengangkat wajah
seperti memanggil nama-nama
yang belum pernah disebut.

Gunung dan lembah menunggu—
mereka tahu,
tak ada suara yang lebih sunyi
dari seruan tanpa bibir.

Engkau, ya Rasul,
datang bukan untuk menyelesaikan,
tapi untuk membiarkan kami
melihat bahwa perjalanan
adalah tugas yang tak pernah selesai.

Bahkan angin pun tahu
bahwa di antara embusannya,
ada yang tak perlu dijelaskan.

2024.

SURAT DARI AWAN

Langit menyimpan rahasia
seperti daun-daun yang menggugurkan dirinya
tanpa kita sadari.

Engkau,
membawa surat dari awan
yang tak pernah dibaca.
Setiap huruf adalah tanda,
setiap kata adalah napas.

Apa yang tersirat
lebih berarti dari apa yang tertulis,
seperti suara hujan
yang jatuh di atas batu-batu tua.

Engkau tak pernah meminta kami memahami,
hanya menelusuri jejak bayangan
yang mengalir di antara rerumputan.

Kami tahu,
di balik setiap petir,
ada bisikan yang engkau kirimkan
tanpa memerlukan tangan atau pena.

2024.

JALAN YANG TAK PERNAH DILALUI

Engkau berdiri,
di antara debu dan kabut
yang terus menari di atas jalan
yang tak pernah dilalui.

Ada peta yang tersimpan di matamu,
tapi ia tak menunjukkan arah—
hanya celah di antara langkah-langkah
yang perlahan hilang.

Malam telah selesai,
tapi fajar belum datang.
Kami menunggu,
seperti tanah menanti hujan
yang tak dijanjikan.

Apakah engkau, ya Rasul,
membawa kebenaran
atau hanya sebuah cara
untuk berjalan tanpa ragu?

Kami,
dalam kesunyian,
belajar melihat bahwa takdir
adalah bayang yang tak pernah benar-benar menghilang.

2024.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan