DARI KOTA SEBERANG
Di sudut kota batik ini
Aku menembus rindumu
Menjadi sepoi angin tak henti-henti
Menghampirimu dengan syahdu rindu
Di tempat aku lahir, tempatku mencintai kenangan
Aku bersaksi atas gaduh dalam hati
Saling melambai menginginkan pertemuan
Yang terjeda mimpi yang belum usai
Desember, 2021.
MALAM 1
Rembulan memanggiliku dari balik jendela kamar
Sinarnya melambai memutar ingatan
Kita pernah memandanginya bersamaan
Namun seperti sukar mempertemukan
Ranum sekali ia memancari bumi di semua belahan
Terang menembus aksara langit penuh lamunan
Malam menjadi dingin dalam peluk kerinduan
Sementara aku menyaksikan takdir saling bersahutan
November, 2021.
MALAM INI AKU TAK TIDUR SENDIRI
Di luar, bulan sedang menjagaku
Menghadapkan dirinya menjadi saling bertatapan
Mata kita saling bertemu
Malam menyaksikan kita terlelap dalam pelukan rindu
Sinarnya membias menyentuh retina
Menerangi pandangan yang sedari kemarin terluka
Kini aku tidak tidur sendiri
Bulan memelukku, menghapus nyeri dalam hati
Ia pun tidak sendirian malam ini
Lihatlah
Bintang-bintang menemaninya biar tak sepi
Cahaya mereka juga saling bersahutan
Berjanji pada malam, bahwa tak akan ada luka kesekian
November, 2021.
RINDU BELUM TERBACA
Untuk segala yang ada di kota seberang sana
Bacalah kerinduan dari bawah langitmu yang teduh
Aku sudah lama membubuhkan tulis dalam dada
Tentang inginku memeluk puisi di tubuhmu
Sebelum kau benar-benar membaca rindu
Lamat-lamat kutoreh namamu dahulu
Agar ketika engkau membacanya
Segala-galanya menjadi sampai ke detak jantungmu
Desember, 2021.
Ilustrasi: “Tak Lekang Waktu”, Hendra Gunawan.