TANGIS SEORANG PELACUR
Hai Ayah
saat ini tubuh telah bersandar pada pojok kehidupan
teracuni suasana bungkam di pinggir jalan
berganti ruang setengah telanjang
mengikis kobaran api yang mulai tak terkendali
bila datang penyesalan sebab sikap
tiba-tiba kepala tertunduk tak kuasa menahan sakit
Tuhan, maafkan sikap yang tertangkap otak tak terarah
ini adalah paksaan kekafiran
Hai Ayah
andai kautahu, pekerjaan di luar menakutkan
ada pemerkosa jalan dibayar penguasa
demi gengsi kalah suara duduk pada singgasana
Hai Ayah, restuilah tangis dalam doa-doa
ketimbang lupa pada yang Maha Esa
daripada mencorat-coret wajah tak bersalah
sebab sakit karena televisi lebih baik sakit hanya diketahui hati
Annuqayah, 2022.
AKSARA PERTAMA
di tengah jalan ada setangkai resah
pada titik aksara pertama
menertawakan resah sebab tak ada kalian
itulah cobaan jangan penyesalan
inilah lingkaran yang kadang bisa bengkok tak karuan
ingatkan pena wahai rasa di luar
tanpa dipelajari akan jadi gelandangan
gelandangan yang mengemis teori
bukan mengemis bidadari yang akan jadi istri
karena, dunia hanya jadi mentahan bagi pena
dirakit lalu bergoyang dengan gelombang
di kala angka pertama sebelum pada titik tengah
harap menyeruap di pintu kebahagiaan
tiba-tiba ada angin yang membelokkan layar rasa
seakan sengaja kau perlihatkan
pada mata bening berakar tak suka
inilah aksara dan angka pertama
hancur sebab tingkah dengan sengaja
Kom, guluk-guluk, 2022.
YANG TELANTAR DI PINGGIR JALAN
engkau yang telantar di pinggir jalan
pertukaran jadi penghasilan
semakin bening semakin diperebutkan tangan
seakan takhta jelas penghapus angka
o, engkau yang di pinggir jalan