TUHAN, TOLONG AKU AGAR MEMBENCI-MU
Tuhan, tolong aku agar membenci-Mu, karena cinta ini terlalu sakit untuk kurasakan.
Aku mencari-Mu dalam doa yang tak berjawab,
aku berteriak di dalam malam,
tapi yang kudengar hanya gema suaraku sendiri.
Apakah Kau ada di antara sisa-sisa harapku?
Ataukah Kau mengintip dari balik jendela penderitaan,
tertawa kecil saat aku merangkak mencari arti?
Aku ingin menutup mata dari segala kemungkinan,
bahwa Kau mungkin benar-benar peduli.
Tuhan, ajari aku membenci-Mu,
agar aku tak lagi menangis ketika menyebut nama-Mu.
Agar aku tak lagi menengadah,
hanya untuk disambut dengan kehampaan.
Berilah aku kekuatan untuk berpaling,
agar hatiku tidak lagi terbakar oleh rindu yang sia-sia.
JIKA KAU MEMANG ADA, BERHENTILAH BERSEMBUNYI
Aku ingin Kau seperti bayangan,
nyata di bawah matahari,
memudar dalam gelap malam,
bukannya menjadi mitos yang tak tergapai.
Aku ingin mencaci-Mu,
memaki-Mu dengan kata-kata yang lahir dari kecewa,
tapi bibirku kelu, jantungku gemetar,
sebab ada sesuatu yang masih takut kehilangan-Mu.
Tuhan, jika Kau memang ada,
kenapa Kau begitu sulit dicintai?
Kenapa Kau hanya meninggalkan teka-teki,
tanpa peta, tanpa petunjuk yang pasti?
Tolong, bantu aku untuk membenci-Mu,
agar aku bisa hidup tanpa berharap pada yang tak terlihat.
Agar aku bisa menutup kitab-kitab suci,
tanpa merasa bersalah.
KEAJAIBAN YANG TAK PERNAH DATANG
Tuhan, aku pernah mengira Kau adalah mukjizat,
angin yang membelai wajahku di pagi hari,
cahaya yang merayap di sela dedaunan,
keajaiban yang datang di saat yang tepat.
Tapi hari demi hari berlalu,
dan aku hanya menemukan kehampaan.
Keajaiban itu tak pernah datang,
hanya janji yang digantung di langit tinggi.
Aku ingin meyakinkan diriku,
bahwa Kau bukan apa-apa,
bahwa Kau hanya mitos yang diwariskan,
bahwa aku bisa hidup tanpa percaya.
Tapi di ujung malam, saat kesunyian menggigit,
aku masih berharap Kau membantah segalanya.
Tolong, Tuhan, buat aku membenci-Mu,
agar aku bisa berhenti mencintai yang tak pernah nyata.
DOA YANG TAK PERNAH SAMPAI
Aku telah mengirimkan doa-doaku,
menulisnya dalam hujan,
mengukirnya di dalam air mata,
membisikannya dalam sepi yang tak bersuara.
Tapi Kau tetap diam.
Seolah-olah aku berbicara kepada dinding,
memohon pada sesuatu yang tak pernah benar-benar ada.
Jika Kau ingin aku tetap percaya,
mengapa Kau membiarkan aku terluka?
Mengapa Kau membuatku merasa kecil,
terbuang, tak berarti di semesta-Mu yang luas?
Tuhan, tolong aku agar membenci-Mu,
agar aku tak lagi menunggu jawaban.
Agar aku bisa berhenti mengetuk pintu-Mu,
dan mencari tempat lain untuk berlindung.
MENGAPA AKU TAK BISA MEMBENCI-MU
Aku telah mencoba, sungguh telah mencoba,
untuk mengusir nama-Mu dari pikiranku,
untuk mencabut harapan dari hatiku,
agar aku bisa hidup tanpa bayangan-Mu.
Tapi Kau seperti bekas luka yang tak bisa sembuh,
seperti aroma rumah di masa kecil,
seperti lagu yang terus terngiang meski aku ingin melupakannya.
Tuhan, mengapa Kau begitu kejam?
Mengapa Kau biarkan aku ingin membenci-Mu,
tapi tak mampu melakukannya?
Aku berlari menjauh, tapi Kau selalu ada,
menyusup dalam sunyi, mengintai dalam rindu.
Aku ingin membenci-Mu, Tuhan,
tapi setiap kebencian yang kurangkai
selalu berujung menjadi doa.