Tumbal Barata Yudha

103 views

Malam sepekan menjelang Barata Yudha, kegelisahan kurawa menyelimuti Negeri Astina. Seakan kabut pekat hitam menenggelamkan Astina Pura. Durna mulai kehabisan akal untuk mengatur srategi perang. Karena, tiap kali menunjuk kesatria dari Kurawa untuk maju perang, pasti ciut nyali untuk maju di perang Barata Yudha. Tiba-tiba terbesitlah ingatan Durna,

“Aku pernah dengar Batara Dewasrani turun di Pasetran Ganda Mayit. Setiap orang yang memujanya terkabulkan permintaanya.”

Advertisements

“Apa kebuntuan pikiran Kakang Durna membuat hilang semua ingatan tentang kisah-kisah bertapanya para Kurawa. Kapan pernah berhasil membawa wahyu ketika mereka bertapa?” sanggah Sengkuni.

“Dinda Sengkuni, kali ini berbeda. Pertapa ini memiliki cara yang berbada. Dia penganut ajaran Dewasrani, Dewa Kesenangan Duniawi. Jika ingin bertapa dengannya, justru melakukan hal-hal yang menyenangkan seperti minuman keras, judi, zina dan sebagainya.”

“Ha-ha-ha… Aku ingin saja yang bertapa, Bapa,” celetuk Dursasana. “Karena semua hal tadi yang disebutkan, aku sanggup melakukannya.”

“Aku juga bisa Kakang. Hampir setiap hari aku berjudi bersama perajurit keraton. Aku juara minum arak se-Astina. Kalau perlu, Batara Dewasrani kuajak mabuk bersama. Ha-ha-ha….” sembur Durmagati.

“Tidak bisa. Kalian berdua itu clometan, nanti justru membayakan. Karena, bisa-bisa, ketika Dewasrani menyuruh menyebutkan permintaan, kalian akan meminta hal yang bukan-bukan. Biarkan Anak Prabu Duryudana saja bertapa di sana.”

“Ha-ha-ha…. Pandita Durna mesti tidak suka melihat kami bersenang-senang,” kata Durmagati.

***

Bersama melunturnya cahaya jingga matahari di cakrawala, Duryudana memasuki hutan Pasetran Ganda Mayit. Dari tengah keremangan hutan, pasukan Buta Cakil menyambut kedatangan Duryudana dengan tarian pethakilan.

“Ada satria gagah perkasa akan memasuki Hutan Pasetran Ganda Mayit, siapakah gerangan?” sambil menari pethakilan tetua Cakil bertanya.

“Aku Prabu Duryudana, Raja Astina.”

“Perlu apa Prabu ke sini?” tanya Cakil lainnya.

“Aku ke sini atas petunjuk Pandita Durna, bahwa Batara Dewasrani sedang bersemayam di sini. Aku berniat untuk memujanya.”

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan