UNUSIA Luncurkan Pusat Studi Sino-Nusantara

Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) meresmikan Center for Sino–Nusantara Studies (CSNS) di Kampus Matraman, Jakarta, Rabu (10/12/2025). Pusat studi tersebut didirikan untuk memperkuat kajian sejarah maritim, hubungan Tiongkok-Nusantara, serta diplomasi budaya lintas peradaban. Acara peluncuran berlangsung di Aula Jakoeb Oetomo dan dihadiri sivitas akademika, peneliti, dan sejumlah tokoh publik.

Rektor UNUSIA, dr. Syahrizal Syarief, menyatakan bahwa hubungan Tiongkok dan Nusantara memiliki rentang sejarah panjang dan mencakup pertukaran budaya, intelektual, hingga nilai keagamaan. Ia menegaskan pentingnya kajian lintas peradaban ini untuk memperluas perspektif akademik dalam membaca dinamika kawasan, terutama di tengah perubahan geopolitik Asia Tenggara.

https://www.instagram.com/jejaringduniasantri/

Peluncuran diawali dengan pertunjukan tari pembuka, kemudian dilanjutkan dengan Lagu Indonesia Raya, Yalal Wathan, dan doa. Setelah sesi seremoni, acara berlanjut dengan peresmian CSNS, peluncuran edisi khusus jurnal kolaboratif Islam Nusantara–CSNS, serta pembukaan Kursus Bahasa Mandarin. Pertunjukan barongsai turut memeriahkan acara sebagai simbol silang budaya yang menjadi perhatian utama kajian lembaga ini.

Direktur Eksekutif CSNS, Dr Ahmad Su’adi, memaparkan arah riset dan program kerja pusat studi. Paparan tersebut dilanjutkan oleh Dr Fariz Al Nizar dan Dr Cand. Li Feng, yang terlibat dalam penyusunan edisi khusus jurnal.

Melalui sambungan daring, Yenny Wahid dan Profesor Kathy Foley dari Amerika Serikat turut menjelaskan panjangnya sejarah hubungan antara Indonesia dan Tiongkok serta relevansinya dalam penguatan kerja sama kebudayaan.

Sesi berikutnya diisi diskusi akademik mengenai sejarah hubungan Sino–Nusantara dengan menghadirkan Profesor Sumanto Al Qurtuby, Dr Saeful Hakam, dan Moh Hasan Basri. Para pembicara menyoroti sejarah maritim Asia Tenggara, manuskrip-manuskrip Tiongkok-Nusantara, serta perkembangan kajian Islam dan Konfusianisme. Mereka sepakat mengenai pentingnya penelitian yang lebih sistematis untuk menelusuri peranan Tiongkok dalam pertukaran budaya dan intelektual di kepulauan Nusantara, termasuk pada periode sebelum kedatangan Laksamana Zheng He.

Dalam dokumen resmi yang dibagikan pada acara, CSNS menetapkan tiga program utama, yaitu penguatan kemampuan bahasa dan budaya Mandarin; digitalisasi dan penelitian manuskrip Sino–Nusantara; serta pengembangan dialog intelektual antara Konfusianisme dan Islam Nusantara. Ketiga program tersebut dirancang untuk membuka peluang kolaborasi riset internasional, pertukaran akademik, dan perluasan diplomasi budaya.

Halaman: 1 2 Show All

Tinggalkan Balasan