SILUET WAYANG DI REDUP MATAMU
sesekali wayang menari,
di pucuk senja bertanam ruh
bertabur derak keranda, lekas
menabur setajam mata berkaca
wayang masih khusyuk,
melepas aksara gelombang rupa
di ceruk matamu,
dawai perindu mencerabut luka
wayangmu berlabuh,
di teluk hatimu yang keruh
wayangku bertolak ke taman surga
wayang di ceruk matamu,
merakit malam dengan ayat suci
menabur hasrat serat mayapada
wayang di cekung matamu,
mengikat nurani berdarah-darah
perih, luka, duka lembaran langit
rembulan masih menggantung,
di lepas maghrib senja itu!
Madura, 16/02/2022.
JIWA TERCABIK PANTAI PAYANGAN
jiwa-jiwa telanjang,
melukis badai,
menabur deru tak bergelombang
di pantai Payangan,
melarung serpihan jiwa tercabik
menelusur cerita menyeduh ombak
malam memeluk pantai,
pasir-pasir merawat gelombang
riak ombak di bibir pantai
merengkuh kalimat takdir
muara kesiur luka sekuntum kamboja
baluri perih berharap cahaya,
gelap menabur bunga kematian
menangislah,
senja tersesat di lembar dupa!
Madura, 16/02/2022.
SETAJAM RINDU ABANDIRA
(Derai Irama Kecapi Berdawai Mentari)
di sudut senja,
matamu menoreh gerimis luka
tentang secarik rindu,
sebak kemarau di ujung abandira
luka ini rindu,
kuyup di setangkai sibak mentari
seteduh kelopak matamu
tetes tuak bertuah purnama
selindap kepak sayap mega,
biru alismu pendar bias surayya
melukis binar denyar fajar
rimbun sekuntum bintang
kelok sepenggal mimpi
di deru jiwa sunyi
setajam rindu abandira,
sesap di putik kelopak mayang
seruncing menara mahabbah,