Buku Itu dan Istrinya

63 views

Senja merupakan saat paling nyaman sepanjang hari. Itulah kalimat pembuka Po-On, novel karya F Sionil Jose, pengarang berkebangsaan Filipina yang memenangkan Ramon Magsaysay untuk Jurnalisme, Sastra, dan Seni Komunikasi Kreatif 1980.

Bahwa kalimat itu begitu sederhana, Sukra sudah mafhum. Namun, meskipun sederhana kalimat itu sangat berkesan di hatinya. Karena itu, dia selalu memilih senja hari untuk setiap perbincangan-diri, termasuk di senja ini, di sebuah pantai laut lepas. Sukra, karena pergulatan hidupnya, telah mengabaikan sejumlah petuah nenek moyangnya tentang surup. Dulu, ketika masih bocah, saat senja tiba yang berarti surup, oleh orangtua dan lebih sering neneknya, Sukra dilarang keluar rumah. Saat-saat seperti itu, katanya, banyak dedemit mencari mangsa. Bila surup tiba, seluruh anggota keluarga harus berada di dalam rumah.

Advertisements

Kini, setelah bergelut dan mengenal banyak warna kehidupan, Sukra memiliki pandangan hidup yang berbeda. Wajar jika kemudian Sukra sangat terkesan dengan kalimat pembuka Po-On tersebut. Kini, di mata Sukra, senja merupakan waktu di mana banyak keindahan tersimpan, banyak makna terkandung. Sering di waktu senja, dia duduk tepekur atau merenung, mencoba menjelajahi perjalanan hidupnya yang telah berlalu.

Senja adalah saat di mana matahari mulai bersandar di kaki langit, barang sejenak melepas lelah, dan untuk segera kembali ke peraduannya. Menyimpan selaksa peristiwa, untuk ditukar dengan sejuta mimpi dalam tidur setiap manusia di malam hari. Dan kini Sukra menatapnya dengan tajam, dari batas bibir pantai. Dibiarkan angin basah melepas kegerahan atau semacam kesumpekan hari-harinya. Dengan kesejukan, Sukra ingin berada di batas pergantian waktu. Sukra ingin merasakan apakah di saat berada di batas pergantian waktu, ketika malam memeluk siang, juga masih memiliki kecenderungan untuk memiliki banyak hal. Sukra ingin berada di titik nol, suatu kondisi yang terbebas dari riuh rendahnya daya tarik beragam hasrat.

***

Gelombang laut yang tercipta dari putaran bumi, terus bergerak dan menepi. Selalu memecah di garis tepi. Sukra mengikuti irama napas geraknya, irama gerak hidupnya. Di batas senja, Sukra memejamkan mata. Sepi memberi waktu kepada gemuruh ombak yang pecah untuk menyapa setiap pendengaran. Sukra tidak mendengar suara apa pun kecuali kehidupan laut. Pusat kesadarannya menangkap harmoni kehidupan alam. Cahaya bulan keperakan mempercantik tarian gelombang. Semuanya bergerak sebagaimana harus bergerak. Bulan bersinar sebagaimana ia harus bersinar. Angin berembus sebagaimana ia harus berlaku demikian.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan