KH Muhammad Ilyas Syarqawi adalah keturunan pertama KH Syarqawi Al-Qudusi, pendiri Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk, Sumenep, Madura, Jawa Timur. Beliau lahir pada tahun 1889 dan wafat pada tahun 1959 dalam usia 70 tahun. Kiai Ilyas, demikian Beliau biasa dipanggil, menjadi pengasuh Pesantren Annuqayah Daerah Lubangsa sejak 1917 hingga 1959. Sebagai seorang ulama kharismatik, Kiai Ilyas juga mempunyai karakter nasionalisme yang sangat kuat dan cinta tanah air yang begitu mendalam.
Berikut ini penulis mencoba menasbihkan sikap nasionalisme Kiai Ilyas melalui karyanya, syair yang Beliau tulis untuk merayakan kemerdekaan Indonesia. Syair ini ditulis Kiai Ilyas pada 17 Agustus 1949, sebagaimana termaktub dalam buku “1889: Antologi Puisi Isyarat Gelombang III,” yang merupakan kumpulan puisi dari penyair Annuqayah, baik dari santri aktif, alumni, maupun para masyaikh Annuqayah.
Syair Kemerdekaan
بِالْإِسْتِقْلَالِ وَالْبَرَكَاتِ اُهْدِى # لِحَضْرَتِكَ الْهَنَّاءِ مَعَ السَّلَامِ
(Aku —KH Muhammad Ilyas Syarqawi— hadiahkan kepadamu (generasi muda) berkah kemerdekaan dengan kebahagiaan dan keselamatan).
Dalam syair tersebut, Kiai Ilyas berperan sebagai generasi awal yang turut serta dalam memperjuangkan kemerdekaan, baik dengan cara verbal maupun nonverbal. Baik secara langsung maupun tidak langsung. Kemudian kemerdekaan yang telah diperoleh diserahkan kepada generasi muda untuk dirawat dan dipelihara agar tidak kembali lagi kepada kekuasaan kolonial.
Dalam sebuah kalimat Arab, “Subbanul yaum rijalul ghad,” bahwa generasi muda adalah pemimpin di masa yang akan datang. Maka menyerahkan kemerdekaan kepada para pemuda untuk dirawat, dipelihara, dan diisi dengan amaliah kebaikan adalah sebuah substansi kemerdekaan. Mengemban amanah kemerdekaan merupakan perwujudan atas nilai-nilai nasionalisme yang tinggi. Sehingga amanah ini harus dimanefestasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
وَأَرْجُوْ أَنْ يَعُوْدَ عَلَيْكَ دَوْمًا # بِكُلِّ مُسَرَّةٍ فِى كُلِّ عَامٍ
(Aku berharap —dalam doa— semoga kebahagiaan senantiasa bermuara kepadamu setiap tahun, dan selamanya).
Bahwa berkah kemerdekaan adalah kebahagiaan itu sendiri. Maka, Kiai Ilyas berharap dalam narasi doa yang Beliau panjatkan semoga berkah kemerdekaan, kebahagiaan, dan kemakmuran selalu menjadi teman keseharian bagi generasi muda. Hal ini dimaksudkan bahwa doa adalah kebaikan, selama kebaikan itu sendiri yang ada di dalam doa (bukan doa keburukan).