Pondok Pesantren Tanbighul Ghofilin Alif Baa di Desa Mantrianom, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, menyediakan lahan untuk memakamkan jenazah orang-orang yang terpapar virus Corona atau Covid-19. Langkah yang diambil pesantren ini dilandasi keprihatinan atas maraknya penolakan warga terhadap pemakaman jenazah korban Covid-19 di berbagai daerah.
Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Tanbighul Ghofilin Alif, KH Khayatul Makky, merawat dan memakamkan jenazah adalah kewajiban bersama. Dan bagi umat muslim, hukum merawat, mensalatkan, dan memakamkan jenazah muslim adalah fardlu kifayah. “Saya prihatin dengan penolakan jenazah pasien Covid-19. Kami memiliki lokasi lahan yang cukup luas untuk pemakaman,” katanya seperti dikutip liputan6 belum lama ini.
Dituturkan, lahan milik pesantren yang disiapkan untuk pemakaman jenazah pasien Covid-19 letaknya cukup jauh dari permukiman penduduk. Karena itu, ia yakin tidak ada alasan bagi warga untuk mengkhawatirkannya. Menurutnya, lahan berada di lokasi yang aman dan warga sekitar pun sudah mendapatkan sosialisasi dan edukasi terkait Covid-19.
“Masyarakat terdidik adalah kunci agar penolakan jenazah pasien Covid-19 tak kembali terulang,” tandasnya. Ditambahkan, meski lahan yang disiapkan berada jauh dari permukiman, pihak pesantren akan merawat makam tersebut dengan baik, seperti layaknya makam keluarga. Bahkan, makam akan dibangun dan didesain layaknya pemakaman modern. “Bisa dibuat seperti pemakaman di hill (bukit). Bisa dibuat seperti taman-taman,” tambahnya.
Gus Khayat, panggilan KH Khayatul Makky, termasuk ulama yang peduli akan edukasi terhadap warga soal wabah Corona ini. Dalam tiga pekan terakhir, misalnya, Gus Khayat berkeliling kampung memberikan sosialisasi sekaligu melakukan penyemprotan disinfektan di beberapa faslitas pelayanan publik, area umum, dan pusat keramaian. Berbekal pengeras suara, Gus Khayat meminta warga menjaga kebersihan, social distancing, serta tak lupa berdoa, sebagai ikhtiar pencegahan Covid-19.
Di Pesantren Tanbighul Ghofilin terdapat sekitar 2.500 santri. Selain mengaji, para santri juga bersekolah formal, mulai dari tingkat sekolah dasar, lanjutan tingkat pertama dan atas, serta perguruan tinggi. Pada masa pandemi Corona ini, Pesantren Ghofilin Alif Baa menerapkan isolasi mandiri. Bahkan, di dalam lingkungan pesantren, protokol kesehatan tetap dilakukan dengan ketat.