NEGERI PULAU SERIBU
Akulah malapetaka waktu
Bergulir di tengah jeratan nafsu
Merayakan tangan-tangan semu
Pada sederetan panorama suku
Menumpah-riuhkan pusaka tiada jemu
Barangkali mereka tidak tahu menahu
Tak ayal manusia pengikis itu
Mengeksploitasi pulau tambang pujaan ibu
Seiring penegakan negeri pulau seribu
Pusaran waktu tengah menjadi hamparan batu
Pada tebing emas yang menjulang kaku
Mengisyaratkan seutas kisah
Pada bunyi yang bertalu
Bahwa kini
Emas pusaka telah jatuh
Batuputih, 2022.
SENYAP, ABDI, DAN TUHAN
Aku terbangun dari semilir angin
yang mengguyur tubuhku
Kuempaskan kemalasanku
yang terbaring rapi di sanubari
Melangkah kuat walau sebenarnya lunglai
Entah apa
Hati ini tiba-tiba memaksaku tuk beranjak menembus malam
Malam di mana Tuhan menanti rintihan, rayuan, dan keluh kesah dari seorang abdi
Ah, betapa lancangnya
Memenantikan Raja
Yang nyata di setiap untaian janji dan ritmis Firman-Nya
Sedangkan abdi, rekat dalam egonya
Mengapa tidak di keramaian saja?
Ketika mentari menatap tajam
Punggung para petani
Aku hanya menerka-nerka dalam angan
Sungguh nyentrik alur-Mu
Sehingga abdi lupa
Bahwa dalam senyap
Terdapat lakon yang terpentas
Tanpa pamrih
Annuqayah, 2021
REVOLUSI KISAH
Di kala burung-burung bersiul
Mengitari pekaranganku
Semilir angin berkibas menyapu awan
Bertengger lalu membentang
Membentuk larik menghiasi langit
Menaburkan secercah jingga di hamparan itu
Mentari menenggelamkan tubuhnya
Sedang rembulan bersiap menggantinya
Sebab kisah lama yang terbingkai
Telah usai
Dan kisah baru yang tetangkai
Akan segera dimulai
Di senja itu
Kudengar rentetan pujaan dan rintihan
Saling sahut menyahut
Dari satu rumah ke rumah lain
Berharap agar Tuhan
menyeka lakon yang ternoda
Agar tiada lagi kenistaan dalam dada
Hingga menuai insan yang bersahaja
2021.