Editor Budaya Harian Kompas, Hilmi Faiq, sepakat ada muatan jurnalisme profetik dalam kurikulum Ilmu Komunikasi. Jurnalistik harus berpihak kepada kebenaran dan kemanusiaan. Mengutip filosofi Kompas, ia menyebut jurnalistik menjunjung amanat hati nurani rakyat, menyapa yang kaya membela yang papa, humanisme transedental, dan menemukan kembali Indonesia.
Praktik jurnalisme yang diterapkan Kompas, kata Faiq, tidak hanya berhenti pada 5W+1H. Lebih dari itu, setiap peristiwa harus dudukkan masalahnya dan diberi makna. “Kompas memiliki concern terhadap jurnalisme investigasi untuk mengungkap persoalan yang dipandang sangat urgen diungkap ke publik. Dari situlah Kompas mendudukkan masalah dan memberikan makna di balik berita tersebut,” ungkapnya.
Senada, dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Widiya Yutanti mengutip Parni Hadi bahwa jurnalisme profetik merupakan jurnalisme cinta. Praktik jurnalistik profetik mengedepankan karakteristik kenabian, dan menyuarakan permasalahan besar di kalangan orang kecil.
“Jurnalisme yang mendorong sifat-sifat kenabian seperti sidiq, amanah, tabligh, dan fathonah. Semangatnya bukan hanya menyampaikan kebenaran, tapi juga edukasi dan membangun optimisme audience,” urai Widiya seraya menjelaskan makna jurnalisme kebenaran, dapat dipercaya, disebarkan dan cerdas.
Faiq dan Widiya adalah dua nara sumber acara Communication Talk Series yang diselenggarakan Program Studi Ilmi Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Selasa (20/07/2023). Communication Talk yang merupakan seri ke-37 ini mengangkat tema “Jurnalisme Profetik, Jurnalisme Berkemajuan”. Diikuti lebih 300 mahasiswa, acara ini juga ditayangkan secara live di channel You Tube.
Lebih lanjut, kedua nara sumber membeberkan beberapa contoh praktik jurnalisme profetik. Widiya memberikan contoh pernyataan Presiden Jokowi tentang penggunaan anggaran yang kurang tepat di media massa dan media sosial sebagai peristiwa yang memberikan perhatian kepada kaum lemah. Demikian juga Faiq mengangkat contoh skandal Mario-Rafael sebagai bola salju yang mengungkap berbagai penyelewengan seorang pejabat.