PUISI TERINDAH
Ketika kepala negara jumatan
Duduk di gapura masjid itu
Ibu negara khusyuk menunggu
Itulah puisi terindah
Mata yang cemburu
MEMBUNUH WAKTU
Ada yang tak mati-mati
Setelah kubunuh berkali-kali
:Waktu
MENIKAM CINTA
Ada yang tak mati-mati
Setelah tertikam berkali-kali
:Cinta sejati
SUNGAI AIRMATA IBU
Sebening embun
Sehangat puting
Itulah airmata ibu
Yang mengalir
Dari hulu rindu
Aku merenangi sungainya
Membelah belantara
Hutan hantu
Di akar-akar kayu
Membasah airmatamu
Masih sebening embun
Sehangat putingmu
Aku menyusuri jejak
Anak-anak sungainya
Membelah lembah-lembah
Menyubur tanah-tanah
Menumbuh buah-buah
Airmatamu
Mengajari bumi rekah
Pada bah
Aku kehilangan jejak
Pada labirin kota yang sesak
Tempat orang merebus airmata
Untuk melunasi segala dahaga
Hingga anak-anak sungai
Airmatamu
Tak pernah sampai muara