Malam itu terasa amat berbeda dari malam-malam sebelumnya. Langit tampak begitu bersih, jernih, dan terang benderang. Kilau bintang bertaburan memenuhi angkasa, dan tak terlihat selembar pun awan yang menggantung atau terbang melayang. Dari laut yang airnya berkilauan angin berembus perlahan. Gelombangnya serasa enggan untuk memecah di tepian pantai, dan lebih memilih saling berangkulan di bawah kilau bintang gemintang. Semilir angin menerpa pepohonan. Daun-daun saling melambai, saling memanggil. Malam terasa begitu khidmat.
Malam itu Tuhan memanggil seluruh malaikat untuk berkumpul. Dan ketika malam telah sampai pada puncaknya, pertemuan pun dimulai. Satu per satu malaikat diminta melaporkan perkembangan kondisi dan suasana alam semesta. Bergiliran, para malaikat memberikan laporan secara terperinci. Setelah semua malaikat memberikan laporannya, Tuhan pun kemudian menyampaikan titahnya.
“Kalian masih ingat apa yang pernah Aku lakukan pada kaumnya Luth dan Nuh?”
Para malaikat terdiam. Suasana senyap.
“Kalian masih ingat?”
“Mereka adalah kaum pendusta dan pendurhaka, Tuhanku. Mereka adalah kaum yang ingkar, dan karena itu Tuhanku telah membinasakannya,” jawab salah satu malaikat.
“Kepada kaumnya Luth, Tuhanku telah mengirim wabah. Dan kepada kaumnya Nuh, Tuhanku telah mendatangkan bah. Dan mereka semua musnah,” sambung malaikat yang lain.
“Ya. Dan seperti kalian tahu, di satu belahan bumi, sekarang ini ada satu bangsa yang telah lebih bobrok dibanding kaumnya Luth dan Nuh itu. Dan ini adalah hukum-Ku: sudah saatnya bangsa itu dibinasakan agar tidak membawa kerusakan bagi kaum-kaum yang lain, bagi seluruh kehidupan di bumi.”
“Kaum siapakah, Tuhanku?”
“Kaum yang manakah, Tuhanku?”
“Bangsa yang tinggal di belahan bumi manakah, Tuhanku?”
Suasana kembali senyap beberapa saat. Para malaikat berdebar-debar menunggu jawaban.
“Kalian pura-pura tidak tahu. Sudah tentu mereka adalah bangsa yang mendiami daerah zamrud khatulistiwa itu.”
Hampir semua malaikat tercengang. “Bukankah itu bangsa Indonesia, Tuhanku?” beberapa malaikat menyahut hampir serentak.