Berawal dari sebuah masjid sederhana, Pondok Attaqwa kini menjadi pesantren tertua dan terbesar di Bekasi, Jawa Barat. Ratusan ribu alumninya tersebar di berbagai tempat. Mereka adalah generasi yang pintar, benar, dan terampil seperti yang diinginkan pendirinya melalui berbagai program pendidikannya.
Sang pendri dari Pondok Pesantren Attaqwa ini adalah Almaghfurlah KH Noer Alie, yang juga tercatat sebagai dalah satu pahlawan nasional berlatar belakang santri. Ia dilahirkan pada 15 Juni 1913 dari pasangan H Anwar bin H Layu dan Hj Maimunah binti Tarbin. Sejak kecil ia sudah menyukai belajar ilmu-ilmu agama.
Pada usia sekitar tujuh tahun, ia belajar pada guru H Ma’sum di Ujungmalang, dan terus berpindah untuk memperdalam ilmu dengan berguru kepada banyak kiai, di antaranya KH Mughni dan KH Ahmad Marzukih. Ia kemudian berangkat ke Tanah Suci Mekkah untuk kian mendalaami ilmu agama, dan baru kembali ke Tanah Air pada 1940.
Saat itulah, bertujuan mengajarkan dan mengamalkan ilmunya, Kiai Noer Alie mendirikan sebuah masjid di Kampung Ujungharapan, Kelurahan Bahagia, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi. Lalu dikembangkan menjadi pesantren. Ia mulai mengajar para santri di tempat sederhana itu.
Namun, pendidikan yang mulai dirintis itu terganggu situasi politik yang memanas, perang kemerdekaan dan agresi Belanda. Kiai Noer Alie pun ikut terlibat aktif dalam perang mengusir penjajah, sehingga seluruh kegiatan belajar terhenti. Karena itu, pesantren ini juga dikenal dengan sebutan pesantren perjuangan. Sebab, saat itu pesantren Kiai Noer Alie juga dijadikan salah satu pusat perjuangan melawan penjajah. Bahkan, di zaman penjajahan, Kiai Noer Ali memerintahkan kepada santrinya ikut berperang melawan penjajah.
Baru pada 1950, ketika situasi sudah membaik, Kiai Noer Alie meneruskan perjuangannya dalam dunia pendidikan. Ia mulai membangun pesantren dan madrasah. Saat itu, pesantrennya dikenal dengan nama Pesantren Islam Bahagia, sesuai dengan nama kelurahannya. Melalui pesantren yang dirintisnya, Kiai Noer Alie ingin melahirkan kader yang benar, pintar,dan terampil. Benar dalam hal ini berarti benar terlebih dahulu dalam hal apa pun, baru kemudian menjadi generasi pintar dan terampil. Berkat ketekunannya, jumlah santrinya semakin banyak.