Mari kita mengurai ke hal paling mendasar yakni secara etimologis. Dalam bahasa Indonesia, kata “peradaban” memiliki akar kata dari bahasa Jawa yaitu “adab” (عاداب) yang berarti “norma-norma yang baik” atau “etika”. Istilah “peradaban” kemudian diadopsi dari bahasa Arab, “adab” yang memiliki arti yang serupa.
Dalam konteks bahasa Indonesia, “peradaban” mengacu pada tingkat perkembangan sosial, budaya, dan intelektual suatu masyarakat. Istilah ini mencakup aspek-aspek seperti adab berinteraksi, norma-norma sosial, kemajuan dalam seni, ilmu pengetahuan, sistem hukum, dan pembangunan sosial-ekonomi.[1]
Sedangkan, dalam bahasa Inggris, secara etimologis, kata “civilizatio” berasal dari bahasa Latin “civilis” yang berarti “warga negara” atau “hubungan antara warga negara”. Istilah ini kemudian berkembang menjadi “civilisatio” dalam bahasa Latin, yang berarti “proses membentuk masyarakat yang beradab” atau “pengembangan kehidupan sosial dan politik yang teratur”.[2]
Dalam Bahasa Arab, menurut penelitian Hamid Fahmi Zarkasyi,[3] tamaddun adalah istilah yang digunakan oleh masyarakat Muslim untuk peradaban. Di kalangan penulis Arab, perkataan tamaddun digunakan untuk pertama kalinya oleh Jurji Zaydan dalam sebuah judul buku Târikh al-Tamaddun al-Islâmî (Sejarah Peradaban Islam), terbit 1902-1906. Semenjak itu istilah tamaddun atau derivatifnya digunakan umat Islam untuk merujuk peradaban.
Di dunia Melayu digunakan pula istilah tamaddun. Di Iran, orang dengan sedikit berbeda menggunakan istilah tamaddun dan madaniyat. Namun di Turki istilahnya mengikuti akar kata madinah atau madana atau madaniyyah, lalu diubah dengan dialek Turki medeniyet dan medeniyeti.
Di anak benua Indo-Pakistan, tamaddun digunakan hanya untuk pengertian kultur, sedangkan peradaban menggunakan istilah tahdhib. Jika istilah tamaddun dapat digunakan untuk istilah peradaban Islam, maka di dalam Islam sebagai dîn terkandung makna tamaddun atau peradaban.