*Catatan Perjalanan Ki Ageng Ganjur ke Vatikan (1)
Sebenarnya tahun 2024 ini grup musik Ki Ageng Ganjur (KAG) merencanakan roadshow dakwah kebudayaan ke Australia. Namun, hingga menjelang pertengahan tahun belum menemukan partner yang dapat diajak kerja sama secara serius untuk melaksanakan niat tersebut.
Sampai akhirya pada bulan Mei, kami bertemu dengan Mbak Yanie, seorang aktivis sosial, yang memperkenalkan kami dengan Duta Besar Indonesia untuk Tahta Suci Vatikan. Dari obrolan santai dengan Mbak Yani, muncul rencana untuk mengubah rencana roadshow KAG dari Australia ke Vatikan.
Niat kami melaksanakan roadshow ke Vatikan semakin kuat saat mendengar kabar bahwa pemimpin Katholik dunia, Bapa Suci Paus Fransisikus, akan berkunjung ke Indonesia pada awal September. Kebetulan, saya menjadi salah satu panitia untuk event Festival Toleransi, suatu event yang diselenggarakan oleh Indonesia Converence on Religion and Peace (ICRP) untuk menyambut kehadiran Bapa Suci Paus Fransiskus ke Indonesia.
Singkat cerita, setelah Mbak Yanie melakukan komunikasi intens dengan pihak KBRI Tahta Suci Vatikan, akhirnya pada tanggal 8 September 2024, kami bertemu dengan Duta Besar RI untuk Vatikan, Bapak Trias Kunchayono. Saat itu Duta Besar untuk Vatikan berasa di Yogyarta menyertai Bapa Paus Fransiskus.
Peertemuan berjalan akrab dan hangat, karena kebetulan Pak Dubes merupakan teman saat kami masih menjadi aktivis dan Pak Dubes menjadi jurnalis di harian Kompas.
Setelah kangen-kangenan, kami mengajukan niat untuk melaksanakan roadshow ke Vatikan sebagai realisasi dari misi KAG untuk melakukan dialog lintas iman dan menyuarakan perdamaian dunia melalui seni budaya.
Pak Dubes Trias menyambut baik niat kami dan bersedia mendukung serta membantu merealisasikan niat tersebut. Sejak saat itu, kami melakukan koordinasi teknis dengan pihak KBRI Tahta Suci Vatikan untuk persiapan pelaksanaan roadshow KAG ke Vatikan. Bagi KAG, ini merupakan roadshow internasional ke-6. Setelah koordinasi secara intens, disepakti roadshow KAG di Vatikan dilaksanakan tanggal 30 November sampai 7 Desember 2024.
Namun, sekitar satu setengah bulan menjelang keberangkatan, kami harus menerima tantangan berat, yaitu manajer KAG, Arifatul Choiri Fauzi, diangkat menjadi menteri dalam Kabinet Merah Putih Prabowo. Terus terang ini merupakan pukulan berat bagi kami, karena beliau sudah mempersiapkan secara matang kegiatan Roadshow ke Vatikan ini. Beliaulah yang mengerti dan menguasai seluruh persoalan teknis dan nonteknis terkait dengan kegiatan roadshow internasional yang dilakukan oleh KAG
Pengangkatan ibu Arifah menjadi menteri membuat kami berada dalam posisi dilema. Di satu sisi kami bangga manajer KAG menjadi menteri, namun di sisi lain kami kehilangan sosok yang sangat kami andalkan. Kami belum isa membayangkan bagaimana kondisi KAG tanpa Bu Rifah, apalagi pada saat itu sedang mempersiapkan event internasional.
Menghadapi kondisi demikian, kita hanya punya dua pilihan; pertama gagal berangkat ke Vatikan sebab ibu manajer tidak bisa berangkat karena tugas negara. Kedua, ganti manajer supaya program tetap berjalan demi menjalankan misi yang lebih besar.
Di antara dua pilihan tersebut yang sama-sama berat ini, kami memilih opsi kedua, yaitu mengganti manajer, karena pilihan inilah yang lebih membawa manfaat. Namun, kami harus menerima ujian lagi, karena managmjer show yang biasa mendampingi kami, Mbak Sarah, ternyata sudah ada tugas lain, yaitu menangani event Festival Kebangsaan di Bali tanggal 14 Desember 22024. Karena itu ia tidak dapat berangkat mendampingi KAG ke Vatikan karena harus mempersiapkan event tersebut.
Waktu makin mepet, sementara ibu manajer tidak mungkin diganggu untuk mempersiapkan keberangkatan kami karena sudah disibukkan oleh tugas negara. Padahal saat itu kami harus mengurus visa, menyusun jadwal perjalanan, kordinasi dengan pihak KBRI, menyiapkan tiket penerbangan, koordinasi latihan, dan berbagai pekerjaan teknis lain yang semakin intens. Siatuasi saat itu benar-benar sulit dan kacau. Namun kami tetap berusaha agar semua dapat berjalan.
Semua pekerjaan ini kami tangani secara gotong royong. Saya yang biasanya menangani urusan sponsor dan pendanaan, terpaksa berkoordinasi dengan pihak ak travel untuk urusan tiket dan hadling barang di bandara. Teman-teman KAG lainnya berbagi peran untuk menangani latihan, kostum, dan peralatan. Sementara urusan visa dan koordinasi dengan pihak KBRI kami serahkan kepada Mbak Yani. Suasana saat itu seperti auto pilot, tanpa kendali yang jelas karena tanpa ada sistem kendali yang jelas.
Dalam kondisi yang sulit, akhirnya kami menemukan seorang volunter yang bersedia menjadi manajer roadshow, menggantikan Bu Arifah yang telah menjadi menteri, yaitu Mbak Julia Rampen. Dengan cekatan dan gesit Julia melaksanakan tugas persiapan mulai menyiapkan tiket, mengurus visa ke Kedutaan Italia, sampai dengan koordinasi teknis dengan pihak KBRI Vatikan. Dengan kemampuan sebagai seorang ahli marketing communication yang berpengalaman, ia mampu melakukan lobi dan pendekatan ke pihak Kedutaan Italia, sehingga kami segera mendapat panggilan wawancara.
Meski semua proses berjalan lancar, namun kami sempat dibuat deg-degan, karena lima hari menjelang keberangkatan masih ada lima orang yang belum keluar visanya. Menghadapi situasi ini, Julia kembali melakukan koordinasi, dan alhamdulillah menjelang tiga hari keberangkatan seluruh visa sudah keluar. Berkat kerja keras Mbak Julia yang dibantu Martha, Mbak Yanie, dan Mbak Retno, semua persoalan dapat terselesaikan.
Namun, saat persoalan dapat terselesaikan, datang lagi ujian. Dua minggu menjelang keberangkatan, kami mendapat informasi bahwa Mbak Julia tidak bisa berangkat mendampingi kami karena dia harus mendampingi Mbak Sarah untuk mempersiapkan event di Bali. Sekali lagi kami berada dalam kondisi dilema, antara mempertahankan Julia untuk tetap berangkat mendampingi kami dengan risiko event di Bali terganggu atau merelakan Julia dengan risiko kami berangkat tanpa manajer. Sementara, waktu sudah mepet sehingga sudah tidak mungkin lagi mencari manajer pengganti.
Demi kemaslahatan yang lebih besar dan meminimalkan risiko, kami harus mengalah dengan memilih berangkat tanpa manajer. Kami terpaksa meminta Mbak Yanie, yang semula berperan sebagai LO dengan pihak KBRI Tahta Suci Vatikan, menjadi manajer. Kami juga meminta ambak Retno menjadi pendamping dalam perjalanan roadshow ke Vatikan.
Alhamdulillah, meski berjalan dengan tertatih-tatih karena datangnya ujian menjelang keberangkatan, namun semua persoalan dapat teratasi. Berbagai peristiwa ini merupakan kisah dramatik yang selalu terjadi menjelang keberangkatan roadshow KAG ke luar negeri. Semua drama ini dapat teratasi berkat kerja sama yang solid dari seluruh tim dan anggota. Selain itu, kesabaran, keikhlasan, dan saling pengertian menjadi faktor penting dalam menghadapi berbagai ujian dan tantangan.
Setelah melalui berbagai ujian dan tantangan, akhirnya, pada tanggal 30 November, tepat jam 18.45 WIB, rombongan KAG terbang dari Bandara Soekarno Hatta menuju Vatikan.
Inilah kisah awal KAG menjalankan misi kemanusiaan dan perdamaian melalui dakwah kebudayaan, mengamalkan ajaran Islam rahmatan lil’alamin.