Dalam perjalanan waktu seorang hamba, pastilah pernah menjumpai berbagai pengalaman keagamaan secara pribadi. Pengalaman tersebut akan mengalami suatu proses perenungan dan internalisasi secara spiritual. Proses ini selanjutnya akan menghasilkan konklusi terhadap hubungan dan kedekatan seorang hamba tersebut dengan Allah SWT.
Realitanya, banyak yang beranggapan bahwa hidayah merupakan suatu perkara yang harus ditunggu kehadirannya. Asumsi ini memang tidak sepenuhnya keliru, karena faktor datangnya hidayah memang berasal dari Allah SWT. Syekh al Habib Abdullah bin Alwi al Haddad dalam karyanya, Risalah Adab Suluk al Marid, mengutarakan bahwa,
وهذاالباعث من جنودالله الباطنة، وهومن نفحات العناية وأعلام الهداية، وكثيرامايفتح به على العبدعندالتخويف والترغيب والتشويق
Artinya: “Perasaan ingin menuju Allah SWT ini, termasuk salah satu tentara Allah SWT dari segi batin, ia merupakan hembusan pertolongan dan petunjuk yang jelas, sehingga ia akan diliputi kegamangan dan kerinduan (kepada Allah SWT).”
Akan tetapi, hal tepat yang harus dilakukan seorang hamba adalah menjemput serta mendekat kepada hidayah Allah SWT. Apabila seseorang sudah melangkah untuk taqarrub ilallah, maka sungguh Allah SWT telah menanamkan benih hidayah pada hati orang tersebut. Sebagaimana yang dinyatakan Syekh Abdullah bin Alwi al Haddad,
اعلم ان اول الطريق باعث قوي يقذف فى قلب العبد يزعجه ويقلقه ويحثه على الاقبال على الله والدارالاخرة
Artinya: “Ketahuilah bahwa seorang yang ingin menempuh jalan menuju Allah SWT, datangnya perasaan itu dari Allah SWT yang ditanamkan di hati seorang hamba, sehingga hati orang itu tergerak untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menuju kebahagiaan di kampung akhirat.”
Kapan Hidayah Datang?
Tentu akan muncul pertanyaan mengenai waktu diturunkannya hidayah secara kaffah kepada seorang hamba. Apakah Allah SWT ingin menguji komitmen kita untuk senantiasa mengharapkan hidayah dari-Nya, adalah sebuah pertanyaan besar. Akan tetapi, bila merujuk pernyataan-pernyataan di atas, memiliki tekad awal untuk dekat dengan Allah SWT saja, sebenarnya Allah SWT pun juga sudah menanamkan benih hidayah tersebut.
Nabi SAW dalam al Mu’jam al Kabir li at Thabarani (No. 519) pernah bersabda bahwa,
إِنَّ لِرَبِّكُمْ فِي أَيَّامِ دَهْرِكُمْ نَفَحَاتٌ فَتَعَرَّضُوا لَهُ، لَعَلَّهُ أَنْ يُصِيبَكُمْ نَفْحَةٌ مِنْهَا فَلَا تَشْقَوْنَ بَعْدَهَا أَبَدًا
Artinya: “Sesungguhnya Tuhan memiliki curahan rahmat dalam setiap waktunya bagi kalian. Karena itu, nantikanlah selalu kedatangannya bagi kalian. Mudah-mudahan sesuatu yang kalian adalah karunia dari-Nya. Maka jangan selalu bersusah (hati) setelahnya.” (HR Thabarani)
Syekh Abdullah bin Alwi al Haddad pun kembali memberikan penegasan soal bagaimana respons kita terhadap tertanamnya benih hidayah dan rahmat yang kita rasakan. Hal ini dituangkan pada kitabnya,
ومن اكرمه الله بهذاالباعث الشريف فليعرف قدره المنيف, وليعلم انه من اعظم نعم الله تعالى عليه التى لايقدر قدرها ولا يبلغ شكرها فليبالغ فى شكرالله تعالى على مامنحه واولاه، وخصه به من بين اشكاله واقرانه فكم من مسلم بلغ عمره ثمانين سنة واكثرلم يجد هذا الباعث ولم يطرقه يوما من الدهر
Artinya: “Barangsiapa yang dimuliakan Allah SWT dengan (ditanamkannya) dorongan untuk berada di jalannya yang lurus, hendaknya ia memahaminya sebagai karunia terbesar dari Allah SWT yang (nilainya) sangat tinggi kepadanya. Sehingga karunia tersebut harus disyukuri dengan benar-benar, karena banyak dari kaum muslimin yg telah mencapai usia delapan puluh tahun lebih, namun ia belum pernah mendapat jalan petunjuk menuju Allah SWT.”
Jadi, dapat kita petik informasi bahwa kedatangan hidayah Allah adalah merupakan kehendak yang preogratif dari Allah sendiri. Namun dapat dikatakan bahwa seorang hamba yang berkeinginan untuk menjemput hidayah, sekaligus taqarrub kepada Allah, maka Allah SWT akan menanamkan benih hidayah tersebut.
Ikhtiar ini harus senantiasa dilakukan secara berkesinambungan dan berkelanjutan. Mengingat bahwa hidayah Allah bisa datang kapan pun dan di mana pun, sekaligus kepada siapa pun seseorang yang dikehendaki-Nya, niscaya jalan menuju kedekatan kepada Ilahi Robbi akan semakin jelas dan dimudahkan untuk melakukannya.
Wallahu A’lam bi as Showaab.