Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Indonesia kembali berduka atas wafatnya salah satu ulama ahli tafsir al-Quran. Beliau adalah Prof Drs KH Sa’ad Abdul Wahid. Beliau wafat pada Senin (19/07/2021). Kabar wafatnya Prof Drs KH Sa’ad Abdul Wahid tersebar melalui grup-grup Whatsapp dan akun instagram almakinbooks. Adapun, sebab wafatnya Prof Sa’ad karena faktor usia yang sudah sepuh.
Mbah Sangad, begitulah biasanya kami memanggil beliau. Saya pertama kali mengenal beliau waktu mengambil mata kuliah Hifzul Quran Juz 29. Selain sebagai seorang mufasir, beliau juga seorang Hafiz Quran. Mbah Sangad adalah sesepuh, senior, dan kiai di Pondok MWI Kebarongan. Mbah Sangad merupakan santri yang cerdas sehingga istimewa di mata KH Ashifuddin Zawawi, seorang cucu dari pendiri Pondok MWI Kebarongan.
Selain itu, beliau juga merupakan seorang dosen di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Beliau merupakan asisten dari Prof Hasby Ashidiqie seorang mufasir asal Indonesia, mungkin seangkatan dengan Buya Hamka.
Mbah Sangad sendiri memiliki kitab tafsir tematik yang diberi nama Tafsir Al-Hidayah. Kitab tafsir ini terdiri dari tiga jilid dan selalu dijadikan rujukan dalam penelitian maupun perkuliahan.
Sepanjang pengembaraan saya menuntut ilmu, alangkah beruntungnya saya sempat menimba ilmu dari beliau, seorang mufasir yang memiliki kitab tafsir sendiri. Mungkin nama Prof Sa’ad tidak setenar Prof Quraish Shihab yang memiliki kitab tafsir 30 juz lengkap. Namun begitu, kita tidak bisa melupakan jasa-jasa beliau atas pengembangan Tafsir Al-Quran di Indonesia.
Prof Sa’ad merupakan contoh ulama langit yang membumi. Langit artinya luas ilmu yang beliau miliki, dan membumi artinya beliau memiliki kepribadian yang rendah hati. Seringkali saya berjumpa beliau waktu di kampus tanpa ragu beliau memulai membuka percakapan, dengan logat khas ngapaknya yang kental, “Kepriwe kabare? Kepriwe kuliahmu?” (Bagaimana kabarnya? Bagaimana dengan kuliahmu?).
Beliau sosok ulama yang berjuang melalui jalan dakwah yang militan. Sudah lama sekali saya tidak sowan ke kediaman beliau karena juga masih pandemi. Jadi hal ini menahan kerinduan saya pada beliau. Di usianya yang sudah sepuh, tentunya riskan tertular penyakit, maka dari itu saya urungkan niat untuk sowan kepada beliau.
Di mata saya, beliau merupakan seorang guru, bapak, kiai, yang mengayomi. Namun pagi tadi saya membuka wa grup dan mendengar kabar bahwa beliau wafat; rasanya seperti disambar petir di siang bolong. Tidak percaya rasanya bahwa beliau telah wafat menghadap sang pencipta.
Selamat jalan guru, bapak, kiai, dan mufasir yang melegenda. Semoga amal ibadahmu diterima Allah Swt. Jasa-jasamu tak akan pernah kami lupakan.