Di tengah hiruk pikuk modernisasi, upaya untuk terus merawat dan memaknai ideologi bangsa menjadi semakin krusial. Dalam semangat itu, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dan jejaring duniasantri (JDS) yang menggelar Sarasehan dan Diskusi Buku Menggali Api Pancasila karya Ngatawi Al-Zastrouw.
Acara yang dilangsungkan pada Sabtu, 23 Agustus 2025, di Aula Gedung KH Yusuf Hasyim, Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, ini menjadi puncak dari rangkaian perayaan 6 tahun JDS yang dimulai sejak Rabu, 20 Agustus 2025.

Akan memberikan pidato kunci pada sarasehan ini Kepala BPIP Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D. Selain itu, sarasehan akan menghadirkan narasumber Dr. Irene Camelyne Sinaga (Direktur Pengkajian Implementasi Ideologi Pancasila), KH Abdul Hakim Machfudz (Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng), Ngatawi Al Zastrouw (Penulis buku Menggali Api Pancasila), dan Dr. Mohammad Anang Firdaus, M.Pd (Direktur Tebuireng Media Group).
Pancasila bukan hanya sekadar teks pasif dalam sejarah, tetapi juga ideologi pemersatu dan cermin dari keberagaman bangsa. Sebagaimana digagas oleh Bung Karno dan diangkat dalam pengantar buku Ngatawi Al-Zastrouw, sila-sila Pancasila merupakan “jiwa” atau kepribadian bangsa Indonesia karena digali dari dalam diri bangsa itu sendiri. Oleh sebab itu, dalam keseharian, pengamalan nilai-nilai Pancasila—mulai dari keyakinan pada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi kemanusiaan, hingga menjaga persatuan—menjadi fondasi utama dalam membangun harmoni sosial.
Pondok Pesantren, sebagai salah satu pilar keagamaan, pendidikan dan kebudayaan, telah lama menjadi lahan subur bagi pengamalan nilai-nilai Pancasila. Di pesantren, nilai-nilai ketuhanan, kebersamaan, dan toleransi diajarkan dan dilestarikan melalui tradisi keilmuan dan kehidupan komunal. Santri diajarkan untuk mencintai tanah air, atau Hubbul Wathon, sebuah gagasan yang diserukan oleh pendiri Pondok Pesantren Tebuireng dan Pahlawan Nasional, Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, saat Indonesia masih berada di bawah jajahan Belanda dan Jepang. Bagi kalangan santri, Hubbul Wathon adalah bagian tak terpisahkan dari iman, yang menemukan resonansi kuat dengan sila-sila Pancasila. Hal ini memperkuat keyakinan bahwa menjadi Muslim yang baik berarti menjadi warga negara yang bertanggung jawab.
Subhanallah, semoga saya mampu mengikuti kegiatan ini sampai tuntas,,,🙏🙏🙏