Burcek, Seni Merawat Toleransi Masyarakat Bali

11 views

Budekeling di Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali merupakan desa yang penduduknya pemeluk agama Islam dan Hindu. Perbedaan tersebut tidak lantas membuat mereka berkonflik. Justru, Desa Budekeling menjadi salah satu tempat lirikan masyarakat umum dikarenakan kerukunannya.

Eratnya kerukunan masyarakat Desa Budekeling bisa dilihat dari kesenian yang dimiliki oleh desa tersebut. Kesenian tersebut adalah Burcek, merupakan sebuah kesenian dengan konsep kolaborasi antara masyarakat muslim dan masyarakat hindu pada genre musik. Bahkan, Burcek pernah ditampilkan di Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bali, dalam rangka menyambut Menteri Agama Republik Indonesia (Gus Yaqut Cholil Qoumas).

Advertisements

Kesenian musik ini dinamai “Burcek” karena merupakan gabungan seni burdah yang dibawakan oleh muslim di desa tersebut yang diiringi cekepung yang dibawakan oleh saudara hindu di desa Bedekeling itu. Dari perpaduan burdah dan cekepung itulah lahir istilah burcek.

Kesenian musik ini sudah ada sejak zaman dahulu. Namun, ketika itu kesenian ini belum dinamai Burcek. Biasanya musik ini ditampilkan pada acara-acara keagaaman di desa tersebut.

Seiring berjalannya waktu, kesenian ini sempat punah pada masanya. Inisiatif untuk menghidupkan kembali kesenian ini muncul dari salah seorang kepala desa Budekeling Ida Wayan Gede.

Pada tahun 2012 kesenian ini mulai aktif kembali, dan pada tahun 2017 diikutkan  pagelaran seni yang diadakan oleh Pemerintah Kabupaten Karangasem bertempat di Lapangan Tanah Aron Kabupaten Karangasem.

Tujuan dari kesenian Burcek ini tiada lain untuk menjaga warisan para leluhur yang sudah mendahului, menjaga toleransi beragama, dan mengajarkan kepada anak cucu kita untuk selalu merawat tradisi para leluhur.

Simbol Toleransi

Tidak sedikit yang menilai dan menyatakan bahwa Bali adalah daerah yang menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi. Hubungan antarsuku, budaya, dan agama terjalin dengan akrab dan harmonis. Terwujudnya hubungan yang sedemikian mesra ini sesungguhnya lebih dikarenakan –pada dasarnya- masyarakat asli Bali memiliki karakter yang lemah lembut dan ramah. Oleh sebab itu, sebagai penduduk yang mayoritas, masyarakat Bali menerima dan mengayomi penduduk minoritas.

Khususnya antara umat muslim dan umat hindu memiliki hubungan yang erat dan akrab. Terjalinnya hubungan ini hingga harmonis sampai sekarang, karena tidak lepas dari sejarah. Dalam catatan sejarah, sungguh kedua pihak yang berbeda agama ini saling menerima dan membingkai hubungan yang didasarkan pada hati yang tulus. Sehingga umat muslim yang datang ke daerah-daerah Bali juga mampu beradaptasi dan menjadi bagian dari kehidupan sosial budaya masyarakat Bali. Selama tidak mengusik akidah umat muslim dengan asyik bergaul dan mengikuti sesuatu yang memang sudah menjadi tradisi dan budaya masyarakat Bali.

Dari adaptasi sosial budaya itu, hubungan umat muslim dan masyarakat Bali mulai terjalin, bahkan sangat akrab dan harmonis. Tradisi atau kebiasaan perilaku sosial yang bergulir di tengah-tengah masyarakat Bali, umat muslim ikut larut dalam prilaku sosial budaya tersebut. Bagi umat muslim yang sudah yakin pada agamanya dan memahami kehidupan sosial, suatu tradisi meski dari nonmuslim akan diterima dan diikutinya.

Sehingga tradisi tersebut sampai saat ini tetap dijaga dan dibudayakan oleh umat muslim dan hindu dari generasi kegenerasi atau sudah menjadi warisan budaya. Jelas hal ini tiada lain untuk selalu menjaga keharmonisan umat muslim dan hindu Bali sehingga muncul sebuah kenyamanan dalam melaksanakan kegiatan sosial keagamaan dalam bermasyarakat di Bali.

Burcek: Merawat Toleransi

Banyak cara yang bisa kita lakukan sebagai warga negara untuk merawat toleransi, salah satunya melalui seni musik. Di Desa Budekeling, Karangasem, Burcek telah menjadi kesenian untuk merawat toleransi dalam beragama.

Musik Burcek berisi lanutunan burdah yang dikarang oleh Iman Al-Busiri yang diiringi oleh rebana serta alat musik tradisonal Bali yang dimainkan 16 orang. Biasanya, 8 orang dari pihak muslim dan 8 orang dari pihak hindu.

Keberadaan Burcek memperlihatkan bahwa nilai-nilai toleransi beragama di Pulau Bali,khususnya di Kabupaten Karangasem, telah lama diwariskan oleh para lelehur kita. Sehingga sudah sepantasnya kita rawat apa yang sudah menjadi warisan leluhur kita dengan baik.

Dari Burcek kita dapat belajar bahwa merawat tradisi dan menjunjung toleransi sangatlah penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, demi terwujudnya persatuan antarumat beragama serta terciptanya kedamaian.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan