SEMESTA BUKU
Dan aku memilih buku
Sebagai alam raya,
Kata-kata akan saling berbeturan
Dengan maknanya
Orang-orang akan lebih banyak berdebat
Tentang yang paling benar
Antara keluar dan ke luar
Untuk menandai bepergian
Dan sebagainya. Dan sebagainya.
Jogja, 2021.
SEBUAH KISAH TENTANG SIANG
Kepada benda-benda
langit lainnya
matahari mengisahkan
peristiwa hari ini
“Di siang begini
Sepanjang jalan Jogokaryan
Seorang bapak mengayuh ontel
Sambil mengeluh cuaca yang terik”
Tuturnya sambil lalu mengatur waktu
“Ia mungkin lupa
atau tak pernah tahu bahwa
aku diciptakan sebagai
terik yang nyata” lanjutnya
Sementara, benda langit lainnya
Hanya mengangguk dan tersenyum.
Jogja, 2021.
DAN BAGAIMANA KEGELAPAN BERMULA
Dan bagaimana
Kegelapan bermula
Dinding kamar
Kaca jendela
Buku-buku di rak
Timbul ke dalam pandang
Sebagai satu warna
Yang bernama hitam
Aku tak tahu
Bagaimana di antara gelap dan hitam
Saling berbagi pekat
Waktu menjelang maghrib
Matahari jatuh
Di belakang toko roti di barat
Dan bagaimana kegelapan bermula.
Jogja, 2021.
KECAMUK DIRI
Di lautMu,
Gelombang, badai
Terempas menerpa diri
Meluruhkan seluruh isi dada
Yang ringkih.
Tuanku, yang maha
Jalan mana yang mesti kulalui
Untuk setidaknya sampai di KebunMu?
Landau yang berkelok
Atau tanjakan, berkrikil.
Karena di dalam diri
Adalah rumah bagi dosa
Dan kealpaan-kealpaan.
Jogja, 2021.
SURILAM MURTI
Sulit untuk menerka
Mana yang lebih gemuruh
Langit atau dadaku.
Seperti samudra
Dadaku menyimpan banyak hal
Termasuk suka-kedukaanmu.
Isi dadaku terbuat dari malam
Gelap, namun mengandung
Banyak bintang.
Kau boleh membangun apa saja
Dalam dadaku, membuat rencana
Membangun kehidupan
Kecuali memikirkan jalan keluar
Jogja, 2021.
ilustrasi: kegelapan, kukuh nuswantoro.