Di tengah pandemi Covid-19, pembacaan doa dalam rangka peringatan 40 hari wafatnya Gus Im atau KH Hasyim Wahid dilaksanakan dengan sederhana pada Senin (7/9/2020) malam. Peserta terbatas pembacaan doa ini dihadiri oleh pengasuh, zuriah, dan santri Pondok Pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar, Jombang, Jawa Timur.
Acara pembacaan doa bersama ini yang digelar di masjid Pondok Pesantren Mamba’ul Ma’arif dengan mematuhi protokol kesehatan, sepert memakai masker dan menjaga jarak. “Acara 40 hari Gus Im digelar sederhana dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan sesuai anjuran dari pemerintahan, khususnya Pemerintah Kabupaten Jombang,” jelas pengurus Pesantren Denanyar, Kiai Abdur Rosyid.
Menurutnya, acara tersebut dimulai setelah salat Isya dengan membaca Surat Yasin yang dipimpin KH Abdul Muis Aziz. Kemudian, tahlil dipimpin oleh KH Abdul Mu’id Shohib dan dilanjutkan dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh KH Zainal Arifin Abu Bakar dan KH Abdul Wahab Kholil. Acara ditutup dengan mauizah oleh KH Abdussalam Shohib, Pengasuh Pondok Pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar, Jombang.
KH Hasyim Wahid yang akrab dipanggil Gus Im ini merupakan putra dari pasangan KH Wahid Hasyim dan Hj Sholihah. Gus Im lahir di Jakarta pada 30 Oktober 1953. Kakaknya adalah KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Hj Aisyah Hamid Baidlowi, KH Salahudin Wahid (Gus Solah), KH Umar Wahid (Gus Umar), dan Hj Lily Chodijah Wahid. Secara nasab, Gus Im merupakan cucu dari pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH M Hasyim Asyari dari jalur ayah. Sedangkan, dari jalur ibu, Gus Im merupakan cucu dari KH Bisri Syansuri. Gus Im meninggal di RS Mayapada Jakarta pada Sabtu (1/8) pukul 04.18 WIB.
“Sebagai keluarga, kita harus mendoakan Gus Im. Meskipun dengan segala keterbatasan, setidaknya kita bisa mengajari para santri lewat kisah hidup Gus Im sebagai sosok yang sederhana,” ungkap Kiai Rosyid.
Pengasuh Pesantren Denanyar KH Abdussalam menyampaikan bahwa kegiatan seperti 40 hari ini meskipun sederhana, tapi tetap harus memberikan contoh kepada masyarakat luas. Ia juga memberikan imbauan kepada para hadirin untuk disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan, selama pembacaan doa dilaksanakan. Hal itu perlu dilaksanakan karena kasus Covid-19 belum berakhir di Jombang.
“Imbauan kepada seluruh santri, sudah menjadi kewajiban pribadi untuk tetap waspada dan disiplin dalam menggunakan protokol kesehatan. Termasuk dalam kegiatan keagamaan seperti 40 hari ini,” tuturnya.
Sebelum wafat, Gu Im memang berwasiat kepada keluarganya untuk dimakamkan di kampung halamannya. “Beliau berwasiat dimakamkan di Pesantren Mamba’ul Ma’arif,” tutupnya.