Dibangun, Pusat Kajian Islam Asia Tenggara Gus Dur 

Untuk memujudkan salah satu cita-cita almarhum KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, Sabtu (25/10/2025) hari ini mulai dibangun Pusat Kajian Islam Asia Tenggara KH Abdurrahman Wahid. Gedungnya dibangun persis di sebelah kediaman keluarga Gus Dur di kawasan Ciganjur, Jakarta Selatan.

Peletakan batu pertama pembangunan gedung Pusat Kajian Islam Asia Tenggara KH Abdurrahman Wahid ini dilakukan KH Mustofa Bisri alis Gus Mus, didampingi istri Gus Dur, Nyai Shinta Nuriyah.

https://www.instagram.com/jejaringduniasantri/

Beberapa tokoh hadir dalam acara ini, di antaranya Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno, KH Husein Muhammad, mantan Menteri Luar Negeri Alwi Shihab, mantan Menteri Agama Lukman Hakim Syaefudin, Umar Wahid, dan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Ulil Abshar Abdalla.

Salam sambutannya, Nyai Shinta Wahid menjelaskan bahwa pembangunan Pusat Kajian Islam Asia Tenggara ini merupakan cita-cita Gus Dur sebelum mantan Presiden Indonesia tersebut wafat.

“Gus Dur pernah bilang, sebidang tanah kecil di samping rumah ini jangan dipakai apa-apa. Sebab, akan saya jadikan perpustakaan dan pusat kajian Islam Asia Tenggara,” demikian Nyai Shinta mengenang permintaan Gus Dur.

“Alhamdulillah, baru sekarang kami bisa mulai mewujudkan keinginan Gus Dur tersebut,” imbuhnya.

Diperkirakan, pembangunannya memakan waktu sekitar 1,5 tahun. Gedung pusat kajian ini dibangun di atas lahan seluas 1.672 meter persegi. Bangunan akan terdiri dari empat lantai, yang berisi musem dan diorama Gus Dur, perpustakaan, dan fasilitas lain untuk kajian dan penelitian tentang Islam di Asia Tenggara.

Salah satu putri Gus Dur, Alissa Wahid, menjelaskan latar belakang pemikiran Gus Dur untuk membangun kajian Islam Asia Tenggara ini. Menurutnya, mengutip pemikiran Gus Dur, di masa depan, peradaban dunia Islam akan disokong oleh dua pilar utama.

“Pilar pertama adalah corak Islam Arab atau Timur Tengah yang homogen. Sedangkan, yang pilar kedua adalah Islam Asia Tenggara, terutama Islam Nusantara, yang heterogen. Nah, pusat kajian Islam Asia Tenggara ini untuk memperkuat pilar kedua tersebut,” jelas Alissa Wahid.

Di kawasan Timur Tengah, Alissa menambahkan, penyebaran Islam dilakukan melalui perang, penaklukan, dan pemaksaan. Sementara, di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia, penyebaran Islam melalui jalan budaya seperti yang dilakukan Wali Songo.

“Cara dakwah Wali Songo itulah yang ingin diteruskan Gus Dur melalui Pusat Kajian Islam Asia Tenggara, sehingga benar-benar mewujud Islam yang rahmatan lil alamin, bukan yang rahmatan lil muslimin,” tutur Alissa Wahid.

Alissa Wahid juga menjelaskan bahwa Pusat Kajian Islam Asia Tenggara KH Abdurrahman Wahid ini akan menjadi hub pusat-pusat studi atau corner-corner tentang pemikiran Gus Dur di berbagai daerah, baik yang ada di perguruan tinggi maupun di tempat-tempat lain.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno mengaku bangga di wilayahnya dibangun Pusat Kajian Islam Asia Tenggara ini. Bahkan, jika diperbolehkan, ia justru akan memindahkan pembangunannya di tengah kota Jakarta, bukan pinggiran seperti Ciganjur.

“Tapi karena ini wasiat Gus Dur, ya sudah, saya tak bisa apa-apa. Tapi saya akan memberikan dukungan penuh pembangunannya, karena Pusat Kajian Islam Asia Tenggara akan menjadi kebanggaan tidak saja bagi Jakarta, tapi juga bagi masyarakat Indonesia,” ujar Rano Karno.

Bahkan, Rano Karno juga menjanjikan adanya akses transportasi publik sehingga memudahkan orang untuk datang ke Pusat Kajian Islam Asia Tenggara ini. “Ternyata belum ada jalur transportasi publik masuk ke sini. Nanti akan kami buka,” tandasnya.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan