Pekan Kebudayaan Nasional merupakan agenda tahunan yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pekan kebudayaan ini sebagai bentuk implementasi dari agenda strategi pemajuan kebudayaan yang telah disepakati pada Kongres Kebudayaan Indonesia 2018, dengan menyediakan ruang keberagaman ekspresi budaya. PKN 2023 yang bertemakan “Merawat Bumi, Merawat Kebudayaan” tersebar 40 titik di seluruh Indonesia. Salah satunya di Tanggerang Selatan, tepatnya di Lobi Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang dilaksanakan pada tanggal 20-29 Oktober 2023.
Ruang tamu pekan kebudayaan nasional PBSI UIN Jakarta mengusung tema “Resonansi Budaya Islam: Dari Ciputat untuk Dunia” yang menghadirkan semangat pengenalan praktik kebudayaan, khususnya budaya Islam. Serangkaian kegiatan yang dihadirkan bermacam-macam. Ada semakan puisi, workshop inventarisasi Pojok Baca Danarto, bedah buku “Surat Jibril” karya Maftuhah Jakfar, workshop stand-up comedy sufi, hingga tribute budayawan muslim Ciputat.
Dalam rangkaian acara Ruang Tamu PKN 2023 Prodi PBSI FITK UIN Jakarta mengaktivasi ruang lobi dan selasar lobi FITK UIN Jakarta sebagai ruang publik bersemangat kebudayaan. Dalam aktivasi ruang ini, dosen, mahasiswa, komunitas budaya, hingga masyarakat umum diundang untuk terlibat aktif mengapresiasi kebudayaan Islam di kampus Ciputat.
Dalam Pekan Kebudayaan Nasional 2023, Senin, 23 Oktober 2023 ada penampilan mahasiswa yang membawakan “Dramatisasi Umi Kalsum” yang naskahnya merupakan hasil garapan mahasiswa. Kegiatan alih wahana pada karya sastra yang merupakan kumpulan cerpen Umi Kalsum karya Djamil Suherman menjadi sebuah naskah “Dramatisasi Umi Kalsum: Kisah-Kisah Pesantren” yang dijadikan pertunjukkan.
Umi Kalsum: Kisah-Kisah Pesantren oleh Djamil Suherman merupakan kumpulan cerpen yang menjadi sumber adaptasi dari dramatisasi Umi Kalsum: Kisah-Kisah Pesantren. Kumpulan cerpen Djamil Suherman berlatarkan lingkungan pesantren, sehingga subbab dari judul-judul cerpen, yakni: Jadi Santri, Pesantren dan Kyai Kami, Main Gambus, Malam Mauludan, Kitab Jenggot dan Para Pemeluknya, Pendekar-Pendekar Kedungpring, Umi Kalsum, Kesunyian menjelang Asar, dan Penggali Kubur.
Tergambarkan secara jelas melalui judul-judul cerpen adanya pengangkatan lingkungan Islam yang sangat kental. Cerpen Umi Kalsum menyinggung kebudayaan Islam (Pondok Pesantren, Kyai, Tradisi Mauludan, dan lain-lain), masalah kepercayaan dalam agama, juga kondisi sosial yang sangat terlihat kesenjangan pada pandangan masyarakat. Dari semua hal yang dibahas, yang paling menarik dari cerpen ini adalah adanya romansa atau kisah cinta dari si Djamil (tokoh utama) dan juga tokoh pendukung lainnya.
Bagaimana proses alih wahana naskah drama dari sebuah cerpen?
Pertama-tama kami penggarap naskah melakukan pembacaan secara keseluruhan dan melakukan analisis untuk mendapatkan topik besar yang akan dikerucutkan menjadi beberapa sub topik cerita. Dari pembagian topik itu berguna untuk mengetahui berapa adegan yang akan ada dalam naskah.
Kedua, menentukan pesan atau amanat apa yang ingin disampaikan kepada penonton. Dari dramatisasi ini pesan yang ingin kami sampaikan kepada penonton adalah “Janganlah merasa diri lebih tinggi sehingga merendahkan orang lain, hanya karena memiliki harta yang berlimpah. Sesungguhnya tinggi rendahnya seorang tidak dinilai dari banyaknya harta.”
Ketiga, menentukan bagian cerpen yang ingin diambil. Cerpen yang diambil untuk dramatisasi ada dua, yakni cerpen berjudul Umi Kalsum dan Malam Mauludan. Setelah itu menentukan berapa banyak adegan yang diinginkan, juga tokoh-tokoh yang akan berperan. Ada 6 adegan dengan 42 orang yang dibagi menjadi beberapa pemeran, yakni Umi Kalsum, Djamil, Amran, Fatimah, Zainab, Latifah, Santriwati, Kyai Syafi’i, Ustadzah, H. Basuni, Anak Kecil, Masyarakat Desa, Pak RT, Mbok, Penjual Bazar, Penjual Sayur, Ibu-Ibu Pembeli Sayur.
Keempat, menyelaraskan amanat dengan mencari topik-topik yang menarik untuk membangun suasana, latar, alur, dan lain-lain. Beberapa bagian yang penting dalam naskah, yaitu: 1) bagian dari percintaan tokoh Djamil dengan Umi dan Zainab menjadi adegan yang mewarnai alur, juga bagian kisah cinta tokoh Amran yang gila karena penolakan dari Fatimah, 2) bagian bunuh diri umi yang menjadi klimaks dari dramatisasi, 3) bagian monolog dari beberapa tokoh yang kami jadikan ciri khas penggambaran suasana hati dari tokoh, 4) bagian mauludan sebagai penggambaran kebiasaan masyarakat Kedungpring yang sangat agamis, dan 5) bagian huru-hara masyarakat saat tokoh H. Basuni teriak-teriak sebagai penggambaran suasana.
Kelima, setelah penentuan topik-topik kami menyusun adegan. Adegan 1 penggambaran suasana sehingga kami memutuskan untuk adanya acara mauludan yang dihadiri para santri. Nah, disini kami membuat perubahan dari cerpen, dengan mengadaptasian tokoh santriwati yang menghadiri mauludan. Adegan 2 berisi monolog Amran yang menjadi penggambaran sifat Amran yang gila karena cintanya ditolak Fatimah, di adegan ini ada juga tingkah laku komedi yang menghibur penonton. Adegan 3 masih dalam suasana maulid, pertemuan antara tokoh Umi dan Djamil yang berdialog dari hati ke hati. Adegan 4 suasana menegang ketika H Basuni memergoki kedua anaknya berbincang dengan laki-laki dan di sinilah mulai konflik yang disebabkan sifat sombong H Basuni. Adegan 5 berisi monolog tokoh Umi di detik-detik pengakhiran hidupnya, yakni klimaks dari drama Umi Kalsum. Adegan 6 berisi penyelesaian konflik yang dimana masyarakat membantu keluarga H Basuni mengurusi pemakaman Umi, dan diakhiri dengan perbincangan ibu-ibu dari tragedi bunuh dirinya tokoh Umi Kalsum.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam alih wahana adalah perlu dikenali bentuk sumber adaptasi dan bentuk hasil pengadaptasiannya. Sumber adaptasi ini adalah cerpen yang berupa teks (tulisan), sehingga lebih leluasa dalam menggambarkan suasana, watak, tokoh, alur, dan lain-lain. Berbeda dengan drama yang berupa pertunjukkan karena harus memperhatikan banyak aspek, yakni aspek durasi atau lamanya pertunjukkan, suasana, properti, dan lain-lain.
Jadi, dalam penyusunan naskah drama perlu mempertimbangkan model pertunjukkan yang ada, sehingga terjadi pengadaptasian seperti dalam 1) pengaturan latar tempat, penggunaan latar tempat menjadi pertimbangan karena harus memikirkan properti yang akan digunakan juga tata letaknya. 2) pengaturan masuk keluarnya aktor ke panggung, jadi adegan per adegan harus disusun seteliti mungkin agar tidak terjadi bentrok dan kebingungan aktor. 3) pengaturan latar waktu menjadi perhatian khusus agar cerita masuk diakal dipahami penonton.
Alih wahana dari cerpen Umi Kalsum menjadi naskah drama Umi Kalsum bahkan menjadi sebuah pertunjukkan dalam Pekan Kebudayaan Nasional 2023 yang dilaksanakan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dramatisasi yang dibawakan oleh seluruh mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia kelas 5B mendapat apresiasi dari para kurator dan penonton, kesuksesan dalam menampilkan dramatisasi ini dibawa ke puncak acara PKN; tribute: Budayawan Muslim Ciputat, tepatnya panggung ekspresi.
Tribute ini menjadi spesial karena dihadiri oleh para sastrawan, juga terdapat kegiatan doa bersama untuk budayawan muslim Ciputat oleh Fachrurozi Majid, Bincang budaya: musik, sastra, dan kebudayaan Islam oleh Dr Rahmat Hidayatullah, Monolog oleh Putu Wijaya, Persembahan untuk Jamal D Rahman, dan Panggung Ekspresi oleh Postar, Kemangilogi, Balangga Carika, A=MS², dan Mahasiswa PBSI.