Dunia Santri dalam Perjalanan Kepenulisan Saya

Kamis, 21 Agustus 2025, pagi-pagi sekali sekali saya bersiap untuk berangkat ke Tebuireng, Jombang, dalam rangka menghadiri acara hari jadi duniasantri yang ke-6. Tidak ada banyak hal yang saya pikirkan selain harus berangkat saja.  Urusan di sana nanti bagaimana, saya tidak begitu ambil pusing. Ada tujuan jelas dalam hati dan pikiran saya yang tak perlu ditimbang ulang, dan saya sangat mantap untuk melangkah hadir di sana. 

Perjalanan saya tempuh selama kurang lebih hampir dua setengah jam. Sekitar pukul 05.30 saya berangkat dari Gresik, dan sampai pada pukul delapan, tepat sebelum acara dimulai.

https://www.instagram.com/jejaringduniasantri/

Rute melewati Lamongan kota dan mengambil jalur ke arah Jombang dengan “nambang” alias menyeberangi sungai Brantas. Ini adalah salah satu pengalaman berkesan dalam perjalanan kali ini.

Sepanjang jalan saya melewati banyak hutan jati dan juga Pesantren Sains Putri Tebuireng yang masih dalam proses pembangunan. Jaraknya lumayan jauh dari Pesantren Tebuireng pusat yang akan saya datangi kali ini. 

Tebuireng bukanlah rumah yang asing.  Saya beberapa kali ke sana bukan karena kebutuhan ziarah saja, tetapi sambang adik yang pernah nyantri di sini. Hal ini membuat saya melihat Tebuireng sebagai lingkungan nyaman tempat saya bisa kembali kapan saja saya mau. Tetapi yang juga istimewa dari itu adalah ulang tahun duniasantri yang digelar di Pesantren Ini. 

Dunia Santri bagi saya adalah rumah menulis pertama saya di media sejak beberapa tahun lalu. Cerpen dan tulisan lain yang saya kirim diterima di sini, dan itu membuat saya pada akhirnya berani melangkah untuk menulis di media-media lain. Meskipun saya bukan bagian dari struktural jejaring duniasantri, akan tetapi duniasantri memiliki tempat tersendiri dalam perjalanan kepenulisan saya. 

Kedatangan saya kali ini sebagai peserta yang ikut menyimak langsung Workshop Penulisan Kreatif dan Jurnalistik yang diadakan duniasantri dengan pemateri yang saya tunggu-tunggu. Mulai dari Hilmi Faiq, Mahwi Air Tawar, Raedu Basha, dan Mukhlisin, nama-nama yang tidak asing dalam dunia kepenulisan terutama di jejaring duniasantri itu sendiri. 

Menghadiri workshop kepenulisan dan berkumpul dengan orang-orang di dunia yang satu frekuensi kiranya menjadi penting bagi saya untuk terus menyalakan api semangat menulis. Sebab saya bisa terus menggali ilmu dan pemahaman-pemahaman dari sudut pandang lain yang segar untuk dijadikan pemantik dari sudut mana saja agar saya terus bisa menemukan ide menulis. 

Di hari jadinya yang ke-6 tahun ini saya melihat duniasantri sebagai rumah yang terus berkembang dari tahun ke tahun. Memperkenalkan diri sebagai wadah menulis bagi para santri di seluruh Nusantara serta mendorong mereka agar berani menyuarakan apapun melalui goresan pena. Menuliskan banyak cerita dari dunia mereka sendiri yang seharusnya memang tulisan itu datang dari kaum santri sebab mereka jauh lebih mengerti. 

Workshop kepenulisan kali ini menyajikan materi yang cukup lengkap dalam dunia kepenulisan. Mulai dari menulis opini, puisi dan cerpen, sastra etnografi, dan juga jurnalistik. Semua materi yang disampaikan tidak akan membuahkan hasil tanpa disandingkan dengan praktik, maka para pemateri memberikan tugas kepada peserta untuk menulis setiap bagian dari materi yang sudah disampaikan. 

Antusiasme peserta workshop tidak diragukan lagi. Sejak hari pertama saya menyimak banyak dari mereka yang luar biasa sekali. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, juga sedikit tulisan yang dihasilkan, membuat nyala semangat dalam diri saya juga ikut kembali tersulut.

Tetapi yang menarik adalah ketika materi jurnalistik disampaikan, lebih banyak sekali respons dari peserta yang berani membagikan tulisan mereka. Hemat saya, mungkin dalam workshop kali ini lebih banyak peserta santri yang tertarik menjadi wartawan atau jurnalis. 

Sebagai penulis duniasantri generasi awal, saya sangat bangga menjadi bagian dari rumah ini. Semoga sayapnya semakin kuat dan mampu terbang tinggi. Seluruh santri di Nusantara harus tahu bahwa ada wadah bagi kata-kata yang mereka lahirkan dengan nama mereka sendiri, yaitu DUNIA SANTRI, rumah yang memberi mereka keberanian untuk menulis.

Multi-Page

One Reply to “Dunia Santri dalam Perjalanan Kepenulisan Saya”

Tinggalkan Balasan