Aksi demo pada Senin, 11 April 2022, diwarnai pengeroyokan pegiat media sosial sekaligus dosen FISIP UI, Ade Armando hingga babak belur dengan wajah berlumuran darah dan nyaris ditelanjangi. Dalam sebuah keterangan sebagaimana dilansir dari SurabayaNetwork.id (11/04/2022), dosen UI tersebut hadir di lokasi aksi hanya untuk memantau dan tidak ikut dalam aksi unjuk rasa tersebut. Ia juga menyatakan dukungan atas penolakan wacana penundaan pemilu 2024 dan masa perpanjangan masa jabatan presiden.
Pernyataannya kepada wartawan tersebut didengar oleh sekelompok massa yang juga terdiri dari sejumlah emak-emak, dan menganggap apa yang dikatakan oleh pegiat media sosial itu hanyalah bualan.
“Buzzer, buzzer, munafik, hidup lo gak berkah,” seru emak-emak.
Tak terima dengan apa yang dikatakan emak-emak itu, dosen UI tersebut mencoba menghardik mereka. Bukannya mereda. Situasi tambah memanas ketika ada beberapa orang berteriak untuk membunuh dosen tersebut. Massa pun mengeroyok dan memukulinya, hingga celananya hilang dan menjadi setengah telanjang.
Membaca kronologi atas pengeroyokan ini, tiba-tiba bulu kuduk berdiri, dada sesak dan lidah jadi kelu. Miris sekali. Sungguh ini perilaku biadab dan tidak beradab. Berawal dari beda pendapat hingga berujung pengeroyokan dengan maksud membunuh. Apalagi aksi pengeroyokan tersebut dilakukan pada bulan puasa yang harusnya menahan nafsu dari segala kemaksiatan dan kekejian.
Jangan karena kita tahu bahwa 6+3=9, kemudian kita menyalahkan orang lain yang memodel penjumlahan dengan cara 4+5=9, 2+7=9, 3×3=9, dan 27:3=9. Ada banyak jalan untuk menuju satu tujuan. Jalan yang kita lalui tidak wajib dilewati orang lain, sebagaimana jalan orang lain yang juga tidak wajib kita lewati. Yang terpenting adalah kita memahami rambu-rambu menuju arah yang akan dituju. Rambu-rambu begitu banyak dan kadang menawarkan alternatif-alternatif.
Ahmad Imam Mawardi dalam buku Selamat Tinggal Tangisan, Selamat Datang Senyuman, mengatakan, “Kalau semua orang yang berbeda pendapat dengan Anda kemudian Anda menganggap mereka sesat, maka begitu banyak orang yang Anda putuskan dan tetapkan untuk masuk neraka. Pertanyaannya adalah Anda itu siapa kok berani-beraninya menempati posisi Allah sebagai penentu dan pemutus akhir setiap perilaku makhluk-Nya.”
Memang benar. Jika semua orang yang tidak sepaham dengan kita, kemudian kita anggap mereka musuh, maka betapa banyak musuh kita di dunia ini. Jika semua orang yang tidak sejalan dengan kita, lalu kita nyatakan mereka adalah orang yang mengada-ada, maka betapa banyak orang yang dilecehkan kemuliaan dan harga dirinya.
Kita patut membuka mata dan telinga untuk melihat dan mendengar berita dunia, agar kita tahu di luar sana ada banyak sekali orang yang bukan hanya tidak sepaham dengan kita, tetapi juga tidak paham dengan apa yang kita pahami.
Ketika kita melihat seorang laki-laki keluar dari diskotik di saat tengah malam sambil menggandeng tangan seorang wanita muda, kemungkinan besar kita menyangka bahwa laki-laki itu adalah laki-laki yang tidak baik perangainya. Padahal, laki-laki itu adalah seorang ayah yang sangat peduli kepada putrinya. Ia mencari putrinya sepanjang hari. Ternyata putri yang diajak paksa oleh temannya itu ditemukan di sebuah diskotik. Kita telah salah paham.
Betapa kita tidak punya kemampuan untuk membaca niat seseorang. Karena itu, biarlah urusan hati seseorang menjadi urusan dia dan Tuhannya. Dan biasakanlah kita untuk berbaik sangka kepada setiap orang, sebab itu lebih baik dan menenteramkan.
Jangan biasakan kita menilai orang dari pakaian, mobil dan tempat tinggalnya. Sebab, tidak semua yang putih itu lemak, dan tidak semua yang hitam itu kurma. Biasakan kita menghormati semua orang, sebab sejatinya mereka yang berbeda telah ditakdirkan bertemu kita atas izin Allah.
Terakhir, marilah kita merendah hati, bersopan santun, serta hilangkan egoisme dan kebencian. KH Ahmad Imam Mawardi menyatakan, “Yang paling berbahaya dalam pola hubungan keberagamaan adalah kebodohan yang berselingkuh dengan emosi temperamental, karena perselingkuhan ini akan melahirkan keangkuhan yang merusak.”
Wallahu a’lam bi shawab…