Siapa yang menyangka orang Indonesia bisa menjadi tokoh dunia. Salah satunya Dr KH. Abdul Ghofur Maimoen, atau biasa disapa dengan Gus Ghofur. Ia adalah putra kelima dari ulama kharismatik KH Maimoen Zubair dengan istri keduanya Hj Masti`ah. Ia adalah tokoh tafsir dunia.
Gus Ghofur menyelesaikan disertasinya dengan hasil mumtaz (summa cumlaude). Disertasi itu berjudul “Hashiyah al-Shaikh Zakaria al-Ansari `ala Tafsir al-Baidlowi, min awwal Surah Yusuf ila Akhir Surah Sajdah. Menulis disertasi dengan tebal kurang lebih 1700 halaman dengan hasil yang memuaskan bukanlah hal mudah bagi mahasiswa Indonesia yang menimba ilmu di Al-Azhar Kairo. Disertasinya tersebut pernah dibedah di Mesir, tepatnya di Kelompok Study Walisongo (KSW).
Gus Ghofur adalah Rektor STAI Al-Anwar Sarang, Rembang dan juga Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar 3 Sarang. Gus Ghofur sangat dikagumi dan dijadikan teladan para mahasantrinya. “Mahasantri” adalah penyebutan dari Gus Ghofur untuk para santrinya yang sekaligus juga sebagai mahasiswanya. Para santri Gus Ghofur pun memiliki panggilan khusus untuk Gus Ghofur yaitu dengan sebutan “Babah”.
Gus Ghofur adalah sosok yang mencintai kerapian dan disiplin. Setiap memiliki janji pasti ia akan menepatinya walaupun itu dengan santrinya sendiri. Gus Ghofur juga terkenal dengan kepribadiannya yang sederhana. Beberapa kali ia mengunjungi mahasiswanya yang sedang KKN di desa yang cukup jauh dari ndalemnya dengan menggunakan sepeda. Ia juga sangat ramah terhadap semua orang, tak jarang ia menyapa dahulu santrinya ketika bertemu di jalan.
Berbagai kesibukannya dalam mengurus STAI Al-Anwar dan pesantren, Gus Ghofur tidak perbah melewatkan harinya selalu tanpa belajar (membaca buku atau kitab). Beberapa sifat dan sikap Gus Ghofur ini membuat santrinya malu dan sungkan jika tidak menjadikannya teladan.
Gus Ghofur sering mengisi berbagai acara baik seminar maupun workshop. Mulai dari lingkungan pesantren, akademisi, kenegaraan hingga acara-acara internasional seperti di Australia, Malaysia, Belanda, dan Maroko. Ia bergabung bersama Kemenag sejak 2012. Ia juga terlibat dalam penyempurnaan Terjemahan al-Qur`an edisi terbaru yaitu 2019.
Sebagimana yang diungkapkan KH Ahsin Sako ketika mengisi acara Harlah Prodi IQT di STAI Al-Anwar Sarang bahwa sidang penyempurnaan Terjemahan Al-Qur`an tidak akan dimulai jika belum ada Gus Ghofur. Dalam hal ini, Gus Ghofur memegang peranan penting sebagai pakar tafsir.
Gus Ghofur kini memegang jabatan sebagai Rais Syuriyah PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama). Gus Ghofur terkenal sebagai tokoh yang moderat. Ia sangat bijak dalam menanggapi perbedaan yang ada di negara yang bersemboyankan Bhinneka Tunggal Ika. Beberapa prestasi tersebut tidaklah mengherankan jika Gus Ghofur disebut sebagai tokoh yang menjadi inspiratif bangsa dalam berkarya untuk Indonesia.
Seputar Intelektual
Gus Ghofur lahir pada tanggal 16 Maret 1973 di Rembang. Di masa kecil, ia lebih suka bermain dengan anak-anak nelayan di kampungnya. Meskipun masa kecilnya ia dikenal bandel, namun sifat kesalehan yang ditanamkan orang tuanya telah melekat yang membuatnya berbeda dengan anak-anak lainnya.
Pendidikannya sejak dasar hingga tingkat menengah dienyamnya di Madrasah Ghazaliyah Syafi`iyyah (MGS). Sejak di bangku madrasah Gus Ghofur terkenal kritis dan cerdas. Selama di madrasah yang sama pula baik di tingkat dasar maupun menengah selalu menjadi ketua kelas dan menjadi juara kelas.
Kemahiran Gus Ghofur tidak hanya di kelas, dalam berorganisasi ia pun terkenal sebagai sosok yang mahir. Gus Ghofur pernah menjabat selama dua periode sebagai ketua semacam OSIS di sekolah-sekolah formal yang di sini disebut dengan DEMU atau Dewan Murid.
Sebagai putra ulama dengan segudang prestasi yang ditorehnya, Gus Ghofur tetap tawadhu` dan tidak angkuh. Pendidikannya di MGS diselesaikan pada tahun 1992. Selanjutnya membantu sang ayah mengajar di Pondok Pesantren Al-Anwar Karangmangu Sarang dan ia dipercaya menjadi koordinator keamanan pusat. Tahun berikutnya yaitu 1993 menjadi lembaran baru pendidikan putra-putri KH Maimoen Zubair, yaitu Gus Ghofur melanjutkan pendidikannya di Al-Azhar University, Kairo, Mesir.
Di Al-Azhar prestasi Gus Ghofur kembali nampak mengilap. S1 dengan jurusan tafsir selama empat tahun setiap ujian mendapat nilai yang memuaskan (Jayid Jiddan). Begitu juga S2 dengan jurusan yang sama di kampus yang sama selama dua tahun mendapat hasil yang sama yaitu Jayid Jiddan.
Keberhasilan tersebut tidak lepas dari ketekunannya dalam belajar. Berjam-jam ia betah untuk memandang buku dan kitab. Akhirnya pada tahun 2002 Gus Ghofur berhasil menyandang gelar Master. Untuk mendapatkan gelar itu tentu sangat melelahkan. Bagaimana tidak, Gus Ghofur harus menulis 700 halaman padahal ia menekuni dunia tulis-menulis baru tahun ke-empat di Kairo.
Selain itu dalam tesisnya harus mencantumkan maraji` yang banyak. Sebagaimana diketahui bahwa tidak ada yang tidak mungkin selama mau berusaha. Seperti Gus Ghofur yang dulunya terkenal gagap akan tulis-menulis kini telah menjadi Gus Ghofur yang produktif di bidang tulis-menulis.
Pendidikan Gus Ghofur tidak usai di situ. Ia melanjutkan studinya di kampus yang sama Al-Azhar. Gelar S3 dipelorehnya dengan nilai sangat memuaskan. Karya setebal 1700 halaman dengan dibagi dua jilid adalah disertasi Gus Ghofur. Gus Ghofur sebagi kader terbaik Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Mesir telah mengharumkan nama Indonesia dengan diraihnya gelar doktor di bidang ilmu tafsir.
MasyaAllah Tabarakallah 💚
Shubhanallah, semoga kami mampu meneladani Beliau,,,