“Menuju Jalan Tuhan”, sebuah judul materi pada tayangan KickAndy, di Metro TV, Minggu, 7 Februari 2021. Tokoh yang ditampilkan adalah Ustadz Miftah Maulana Habiburrahman, atau yang biasa dipanggil Gus Miftah. Beliau adalah pendiri Pondok Pesantren Ora Aji di Sleman Yogyakarta, yang memadukan ajaran kitab kuning dan keterampilan (skill). Seluruh santri dibebaskan dari seluruh biaya, termasuk biaya hidup dan lain sebagainya. Santri dengan beragam latar belakang, dan tidak sedikit dari mantan preman, anak jalanan, dan juga anak-anak telantar. Di pesantren ini mereka diberi keterampilan kemandirian, seperti bercocok tanam, memelihara hewan ternak, dan keterampilan lainnya.
Gus Miftah adalah seorang pendakwah (dai), meskipun Beliau tidak suka dipanggil kiai maupun ustadz. Gus Miftah adalah pendakwah nyentrik, karena biasa memberikan pengajian di tampat-tempat prostitusi, dunia gemerlap, dan tempat-tempat maksiat lainnya. Tersebab oleh kebiasaan tempat dakwah ini, kemudian ada beberapa orang yang tidak suka dan mengatakan bahwa dakwah Gus Miftah memalukan.
Tetapi Gus Miftah punya alasan, “Lebih memalukan mana antara berdakwah di tempat maksiat daripada diam melihat kemaksiatan?” Begitu Beliau memberikan pernyataan retorik yang membuat pengkritiknya terdiam dan tak punya kata-kata.
Gus Miftah memberikan tausiyah dengan cara santai dan penuh kegembiraan. Bagi Beliau, mereka yang bekerja di tempat-tempat maksiat bukan tidak tahu kalau bermaksiat itu haram. Tetapi, mereka mempunyai alasan lain, baik demi menghidupi keluarga atau karena alasan eforia, kebebasan. Maka yang terpenting bagi Gus Miftah adalah mereka masih mengingat Tuhan, apa pun pekerjaan mereka.
“Seburuk-buruknya orang pasti pernah berbuat kebaikan, dan sebaik-baiknya orang pasti pernah berbuat keburukan,” adalah salah satu prinsip Gus Miftah dalam memberikan pengajian kepada para penikmat maksiat.
Dakwah dan Pengorbanan
Memberikan pengajian di tempat prostitusi atau tempat-tempat maksiat lainnya tidak segampang yang kita pikirkan. Berdasarkan kisah dari Gus Miftah, Beliau pernah ditodong senjata oleh pimpinan preman, karena dianggap mengganggu “stabilitas” lahan mata pencaharian. Tetapi, Gus Miftah tidak patah arang. Beliau memberikan alasan yang dapat diterima oleh semua penghuni tempat prostitusi atau maksiat lainnya.