Hari Guru sering dirayakan dengan rangkaian acara seremonial, pidato panjang, pemberian bunga, dan unggahan media sosial yang penuh pujian. Namun di balik semua itu, ada satu kenyataan yang tak boleh kita abaikan, yaitu profesi guru masih belum mendapatkan penghormatan sosial dan kesejahteraan yang sepadan dengan peran besarnya. Kita memuji guru setiap tahun, tetapi apakah kita sungguh-sungguh berupaya mengembalikan martabat mereka di mata bangsa?
Guru tidak hanya mengajarkan pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter, menuntun cara berpikir, dan menanamkan nilai-nilai moral. Di ruang kelas, mereka menjadi orang tua kedua, di luar kelas, mereka menjadi teladan yang diam-diam diamati muridnya. Namun ironi muncul ketika pekerjaan sebesar itu sering tidak diimbangi dengan penghargaan yang layak. Banyak guru masih berjuang dengan gaji yang minim, status kepegawaian yang tidak pasti, fasilitas sekolah yang terbatas, serta beban administrasi yang menumpuk. Mereka mengajar sambil mengurus laporan, mengisi data digital yang tak pernah selesai, hingga meladeni berbagai tuntutan sistem yang kadang tidak masuk akal.

Populer
Dari Perdikan Menoreh ke Pesantren Properti**Surat Kepada S.H. Mintardja dan Ir Bambang Ifnurudin Hidayat Tuan-tuan, S...
Menata Ulang Takzir di PesantrenAturan dan tata tertib adalah hal yang tak pernah terlepas dari dunia pesan...
Jebakan PopularitasBeberapa waktu terakhir, dunia maya diguncang oleh sosok yang viral di jaga...
Dicari, Fikih Berkelanjutan untuk Atasi Krisis IklimDi tengah ancaman krisis iklim yang semakin mendesak, para ulama dan cendek...
KUHAP Baru dalam Sorotan Fikih Lintas MazhabDewan Perwakilan Rakyat (DPR) baru saja mengesahkan Rancangan Undang-Undang...
Trending
Guru, Demokrasi, dan Masa Depan BangsaHari Guru selalu ramai oleh ucapan manis, tetapi ada ironi di balik keramai...
Hari Guru dan Tugas KitaHari Guru sering dirayakan dengan rangkaian acara seremonial, pidato panjan...
