Hari Ibu Tanpa Sosok Ayah

303 views

Hari ini, 22 Desember, adalah hari penghormatan bagi seluruh kaum wanita. Ibu, nama yang sering disebut berulang-ulang bagai mantra. Dialah sosok wanita tangguh, yang melahirkan generasi penerus bangsa. Seluruh generasi. Dia yang melahirkan orang-orang hebat di negeri ini.

Sejak ditetapkan sebagai Hari Ibu pada 1959, semua orang berhak merayakannya bersama Ibu masing-masing. Bagiku, setiap wanita wajib dihormati. Karena setiap wanita sejatinya adalah seorang Ibu. Bahkan yang belum menikah pun mereka adalah calon Ibu untuk anak-anaknya kelak.

Advertisements

Berbicara tentang Hari Ibu dan perayaan, tentu saja tidak lepas dari pengalaman menarik yang dialami oleh sebagian besar orang dalam merayakannya. Termasuk saya. Saya akan berbagi kisah tentang perayaan Hari Ibu bersama bidadari saya.

Ibu adalah sosok yang kuat dan tangguh. Kuakui, segala kegiatan yang Ayah lakukan sehari-hari, Ibuku bisa melakukannya. Mulai dari mengurus sapi, mengurus sawah, menjadi tukang jika tiba-tiba genting bocor, atau bahkan menjadi supir untuk mengantar anaknya ke sekolah. Ibu bisa melakukan semuanya sendiri.
Hari ini, tiga tahun yang lalu, aku merayakan Hari Ibu pertama kali tanpa Ayah. Memang semuanya menjadi sedikit berbeda, namun tanpa Ayah semua menjadi kurang lengkap. Semua keceriaan hilang begitu saja tanpa sosoknya ada dalam rumah.

Ibu tentu saja bisa terlihat begitu tegar di hadapan anak-anaknya, namun aku sangat tahu bahwa hatinya begitu rapuh. Ditinggal oleh Ayah justru membuat keteguhan hatinya bertambah besar. Ibu mengurus anak-anaknya sendirian, dan tentu saja menjadi tulang punggung keluarga. Dan semua itu dia lakukan dengan senyuman ikhlas tanpa paksaan dan tanpa adanya keluhan.

Pagi itu Ibu mengajak kami untuk berziarah ke makam Ayah. Ibu ingin merayakan Hari Ibu bersama Ayah meski hanya di hadapan pusaranya. Hari itu aku melihat bahwa Ibuku begitu rapuh. Jiwanya begitu sedih mengenang sosok Ayahku yang begitu ia cintai. Seorang teman hidup yang menemani berjuang sampai tutup usia. Ibu tidak ingin apa-apa dari anak-anaknya. Dia tidak ingin hadiah atau kue perayaan atau makanan yang mewah. Ibu hanya ingin kedua anaknya tersenyum dan hidup bahagia. Begitulah sosok Ibu, Ibuku.

Agama Islam menempatkan ibu di posisi yang paling mulia. Bahkan anak diwajibkan lebih dulu hormat kepada ibu sebelum kepada ayahnya. Hal ini tertulis dalam al-Quran surat Luqman ayat ke-14, yang berarti “Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu-bapakmu, hanya kepada-Ku kamu kembali.”

Multi-Page

Tinggalkan Balasan