Hidup adalah Kebenaran Kolektif?

78 views

Saya yakin setiap orang memiliki keterbatasan masing-masing dalam pengetahuan, dan belajar adalah solusi mengatasinya. Baik itu untuk mengisi kekosongan atau melengkapi pengetahuan yang ada.

Misalnya, apakah kita hidup sebab pilihan atau paksaan dari sesuatu? Yang jelas, kita hidup melalui melalui hubungan biologis dan butuh beberapa pilihan untuk melanjutkan hidup. Termasuk, memilih mati sebab tidak mampu atau tidak mau dipaksa sesuatu. Dan jika hidup adalah paksaan, maka dari mana keterpaksaan berujung dari hubungan biologis itu? Namun, jika hidup adalah pilihan, mungkinkah kita lupa bahwa kita telah memilih untuk hidup?

Advertisements

Hidup dalam Polemik Kenyataan

Martin Suryajaya dalam Channel YouTube-nya menguraikan bahwa kenyataan atau alam kehidupan adalah kumpulan kesan indrawi yang disimulasikan. Dalam sebuah content berjudul “Dunia adalah Simulasi?” yang terposting 6 Desember 2020, ia mengatakan bahwa hipotesis matrik atau dunia simulasi memiliki sejarah yang panjang.

Namun, di era kontemporer, hipotesis itu dikembangkan oleh Nick Bostrom dengan memanfaatkan adanya kecerdasan buatan (AI) yang memiliki proses kognitif dan pengalaman melalui sistem yang dirancang secara berulang dan konsisten. Seperti dalam dunia game, misalnya, di mana dunia itu beroperasi layaknya kehidupan kita sendiri.

Maka dari itu, Bostrom memandang bahwa kenyataan yang kita hadapi mungkin adalah AI yang diciptakan oleh suatu entitas tersembunyi. Sebab, bukan tidak mungkin kecerdasan buatan itu akan berkembang melalui konsistensi pengalaman, kemudian menciptakan dunia game lain, dan bahkan mungkin mengalahkan sang pembuat game.

Pandangan ini, menurut Martin, bermasalah pada komposisi dari sistem dunia game yang ternyata bisa mengalami error dan semacamnya yang tidak ada dalam dunia kita.

Kemudian, dalam sebuah artikel berjudul “What Is Simulation Theory? Are We Living in a Computer Simulation?” Mike Thomas menyuguhkan beberapa antitesis tentang hal itu. Bahwa, jika segala yang kita ketahui adalah simulasi, maka simulator pasca-manusia membutuhkan banyak sekali komputasi untuk itu, dan tidak terbayangkan teknologi macam apa yang mengoperasikan komputer sebanyak itu.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan