API NAMRUD DI TUBUH IBRAHIM
Berdirilah ia
Di tiang yang mencakar tubuh langit
Tapi bukan di tungku dapur ibu
Melainkan pada timbunan api Namrud
Yang mengancam kematian
Ia bersama Tuhannya
Menulis sebuah hikayat
Tentang api menjadi air
Dingin ia peluk
Panas ia tiup
Tak ada yang terbakar
Dalam unggun bara api
Justru ia bersama Tuhannya
Dalam lindung kata-kata
Ramadan, 2022.
HIKAYAT LAUT MERAH DAN TONGKAT MUSA
Musa berdiri di tepi laut dengan bedil tongkatnya
Memanggil riuh angin
Mendera hulu air
Laut ia belah menjadi ruas jalan
Sebelum Fir’aun dan pasukannya tiba
Ke laut yang amat petaka
Ia dan kaumnya melewati batas laut
Dari kejaran kejahatan
Dan serangan seribu pasukan
Pada tongkatnya yang bedil itu
Ia katup laut secara tergempar
Fir’aun dan pasukannya hanyut ke dalam pusaran
Giliyang, 2022.
AKU BUKAN HERODES
Aku bukan Herodes yang mengibas banyak orang
Sebab paranoia
Di zaman yang hanya mengenal tahta dan kekuasaan
Bukan pula dengan kejahatannya yang bedil
Melukai orang-orang Yudea
Meski di laman National Geographic
Ia berdiri sendiri
Memeluk rakyatnya dari bencana kelaparan
Dengan iuran kasih sayang
Tapi aku bukan Herodes
Yang diciptakan dari pelik liciknya
Ramadan, 2022.
KEMATIAN HARRIST
Pada hari kematianmu, Harrist
Ketika waktu tak berbicara lagi
Dengan sebaris kata pun
Tak ada yang musti kau khawatirkan
Sebab di sini, di antara pesan pendek yang Tuhan kirimkan
Di sudut-sudut kamarmu
Usiamu telah memasuki angka-angka kematian
Tak ada yang musti dikhawatirkan
Sebab di sini, di bumi ini
Tak ada yang abadi
Ramadan, 2022.
KESEDIHAN SIRRIYANA
Yana, manisku
Suatu kelak
Jika di kedua matamu
Entah bagian kanan atau kiri
Terjadi kecelakaan yang menyebabkan kau rapuh
Hanya tangis yang ‘kan membawa kau pulang
Ke dalam peluk Tuhan
Maka percayalah, manisku
Sesungguhnya tak ada yang lebih piatu
Selain kesedihan
Selain tangis
Dan jerit luka-luka
Bali, 2022.