HILANGNYA NURANI
1/
Secarik senja
selaksa jingga menyapa
Menyingkap tabir kehidupan
Yang kentara
Anak-anak durjana
Senandungkan lara
Menggiring malam
Di sekujur tubuhnya
Mobil-mobil melintas
Enggan membuka kaca
Sekadar sapa
Atau dengar igaunya
Sediakah tuan sisakan
sepotong roti untuknya?
2/
Sementara
Di rumah gedongan
Orang-orang berpesta-pora
Aneka santapan
Hingga buncit kekenyangan
Sembunyikah nurani?
Butakan derita kaum papa
Tulikan jeritannya
Di bawah jembatan
Sepuluh Miliar
Ia terjaga
Dengan perut meronta-ronta
Pacitan, Oktober 2021.
PANGGILAN JIWA
Nyanyian pagi menghalau mimpi
Gema meraung mendekati
Terngiang dan terus diulangi
Menantang sunyi
Merajam merobek kesadaran
Menelusup jauh
Ke dalam rongga jiwa
Menggiring diri ke sudut ruang
Menggemakan raung dalam renung
Adakah insan terjaga?
Menyusup temaram
Melalaikan dingin yang menjalar
Bersimpuh di atas sajadah
Rapalan zikir melangit
Menembus segala tirai
Menuju setitik cahaya pendar
Menerangi jiwa kesunyian
Menaungi dalam kedamaian
Ratap riuh bertalun-talun
Segenggam harap dieja
Satu per satu
Doa-doa menghiasi nabastala
Biarkan Tuhan
Mempermainkan skenario terbaik-Nya
Yogyakarta, Oktober 2021.
PILU DI CERUK RANTAU
Hidup dalam keterasingan diri
Di ceruk rantau nun jauh di sana
Lusuh berdebu bak sampah
Usang terbuang tak dihiraukan
Malam temaram menggigil sunyi
Jauh bapak jauh ibu
Ke mana lagi aku mengeluh
Ke mana lagi melepas peluh
Rindu ini kian menggemuruh
Bapak … ibu …
Daksa ini penuh luka sayatan
Jiwa meronta, merintih, pedih!
Linangan air mata, mengiris, bengis!
Bapak …