Ibu, Kasih yang Tak Pernah Kering

14 views

Tanggal 22 Desember dipilih sebagai Hari Ibu Nasional. Biasanya, Hari Ibu dirayakan dengan ucapan manis, hadiah, atau momen spesial. Tapi, kadang kita terjebak dalam rutinitas itu dan lupa untuk merenungkan makna sebenarnya dari hari ini.

Hari Ibu bukan cuma soal kasih hadiah atau mengucapkan terima kasih, tapi lebih kepada merenungkan pengorbanan seorang ibu yang tak terhitung. Seperti yang ditulis D Zawawi Imron dalam puisi berjudul “Ibu”, kasih ibu itu mengalir tanpa henti, tanpa mengenal waktu atau tempat. Begitu dalam dan besar, sulit untuk dipahami.

Advertisements

Zawawi memulai puisinya dengan kalimat sederhana tapi bermakna: “kalau aku merantau lalu datang musim kemarau/ sumur-sumur kering, daunan pun gugur bersama reranting/ hanya mata air, air matamu ibu, yang tetap lancar mengalir.” 

Nukilan puisi tersebut menggambarkan kasih ibu sebagai mata air yang tak pernah kering, bahkan di masa-masa sulit. Ibu, meski dunia bisa berubah jadi kering dan tandus, kasihnya tetap mengalir lembut dan hangat. Ini adalah metafora kuat tentang kasih ibu yang hadir tanpa syarat, selalu ada saat kita butuh.

Di banyak budaya, ibu dianggap sebagai sosok yang melahirkan dan membesarkan anak-anaknya, tapi lebih dari itu, ibu adalah simbol keteguhan hati dan ketulusan yang tak bisa diukur. Kasih ibu, seperti yang diceritakan Zawawi, ibarat air yang tak pernah habis.

Ketika kita merantau atau menghadapi berbagai cobaan, kasih ibu tetap ada, memberikan kita kedamaian. Saat terpisah oleh jarak atau waktu, ibu adalah tempat kita kembali, yang selalu memberikan energi positif untuk melangkah maju.

Zawawi juga menulis, “ibu adalah gua pertapaanku/ dan ibulah yang meletakkan aku di sini.” Gua di sini adalah tempat yang aman dan damai, tempat kita bisa merenung dan mendapatkan ketenangan.

Ibu bukan hanya memberi kehidupan fisik, tapi juga kehidupan emosional. Ketika dunia terasa berat, ibu adalah tempat yang selalu ada untuk memberi ketenangan. Sebuah gua yang siap menerima kita kembali tanpa syarat.

Salah satu gambaran mendalam dalam puisi Zawawi adalah bagaimana ibu selalu menunjukkan jalan hidup. “ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi/ aku mengangguk meskipun kurang mengerti.” Ini menggambarkan ibu sebagai sosok yang mengarahkan kita meski kadang kita nggak sepenuhnya paham.

Kasih ibu adalah petunjuk yang mengarahkan kita dalam kegelapan, meski kita tak selalu tahu tujuannya. Ibu menunjukkan jalan, dan kita hanya perlu percaya untuk mengikutinya. Sebuah bentuk ketulusan yang tak meminta pemahaman, hanya kepercayaan.

Lebih lanjut, Zawawi menggambarkan kasih ibu dengan metafora mendalam: “bila kasihmu ibarat samudera/ sempit lautan teduh/ tempatku mandi, mencuci lumut pada diri.”

Ibu adalah samudera—luas, dalam, dan memberi kehidupan tanpa henti. Ia memberi kita kesempatan untuk memperbaiki diri, membersihkan hati dan jiwa dari segala keburukan. Ibu adalah tempat kita berlayar mencari kedamaian di tengah tantangan hidup.

Tapi, apakah kita pernah menyadari betapa besar pengorbanan ibu? Sering kali kita lupa menghargai ibu saat segalanya baik-baik saja. Baru ketika menghadapi kesulitan, kita mencari tempat berlindung, dan ibu selalu ada.

Zawawi menulis, “kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan/ namamu, ibu, yang kan kusebut paling dahulu.” Ibu adalah pahlawan sejati—bukan hanya di hari istimewa seperti Hari Ibu, tapi setiap hari, dalam kesederhanaan dan ketulusan. Ibu adalah pahlawan tanpa pamrih, yang memberikan segalanya tanpa berharap kembali.

Hari Ibu seharusnya jadi momen refleksi yang lebih dalam. Kesempatan untuk benar-benar mengingat dan menghargai semua yang telah ibu berikan. Hari Ibu bukan hanya soal bunga atau hadiah, tapi tentang mengakui peran besar ibu dalam hidup kita.

Menghargai ibu bukan hanya lewat kata-kata, tapi juga dengan tindakan nyata. Luangkan waktu, dengarkan cerita-ceritanya, dan tunjukkan cinta yang tulus. Ibu adalah sosok yang tak pernah lelah berjuang demi kita, bahkan saat dunia melupakan perjuangan itu.

Dalam kesederhanaannya, ibu adalah pahlawan, pelindung, dan pembimbing kita. Kasih ibu adalah sumber kehidupan yang tak akan pernah kering. Seperti mata air yang terus mengalir, kasih ibu selalu ada untuk memberi ketenangan, energi, dan kehidupan.

Puisi D Zawawi Imron mengingatkan kita bahwa kasih ibu adalah sesuatu yang tak bisa dihitung, dibayar, atau digantikan. Jadi, mari kita rayakan Hari Ibu dengan penghargaan yang lebih mendalam—bukan hanya dengan kata-kata, tapi juga dengan tindakan nyata yang mencerminkan betapa kita menghargai peran ibu dalam hidup kita.

Cabeyan, 2024.

Ilustrasi: pin page.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan