DI PELABUHAN
barangkali ada yang mengetahui
kapan-kapal akan merapat ke tepi
kursi-kursi sepanjang malam gigil sendiri.
barangkali ada yang memahami
isyarat gelombang dan ombak
di buritan
buih-buih dilahirkan, lalu dicampakkan.
barangkali ada yang bisa menakwil
bising-tangis perpisahan
sebelum kapal melaju untuk meninggalkan
bibir pelabuhan.
Cabeyan, 2021.
FATHUL IZAR
aku datang sebagai kado di malam pertama
hanya dapat dibuka dengan doa selembut sutra
jika sudah sampai pada fashal-fashalku
kau pasti tahu cara hentikan detak waktu
bagaimana cara membelai purnama di balik kerudung
bagaimana cara deburkan ombak lelaki di jantung
kalau malam menjelang sunyi
ciumlah sekujur tubuh puisi
angin menderu memecah bisu
tilam menderu sekeras pilu
dan jika malam hampir tinggal belulang
dan kedua keringatmu membasahi ranjang
berbahagialah sepuas debar-debar dada
malam pertamamu nyaris menjadi surga.
Cabeyan, 2021.
FRAGMEN RINDU
Ibu, malam sudah terpejam
tapi aku masih tak bangkit dari kekalahan:
rindu padamu
seperti menanggung selaksa anak panah
punggungku koyak
darah-darah berkelindan.
pada angin berwarna kapas
kata-kata kupahat
biar segala yang bernama embun
lunglai di antara fajar dan pagi
meski kedatangan matahari akan menghapusnya.
Ibu, dongeng-dongeng sudah lama
tak dibacakan
waktu terasa luntur dari kalender
dan jarum jam terasa patah
tapi aku tekun menulis puisi
sekadar meredam rindu dendam ini.
Cabeyan, 2021.
NADAM CINTA
Rambut pagi tergerai sampai ke hati.
Membawakan sejuk embun puisi
Perhelai menjahit segala luka.
Hingga bahagia kembali kurasa
Aku pun menggigil di balik embun.
Kata-kata tumbuh di ubun-ubun
Tinggal ucapan darimu yang kutunggu.
Rindu menghangatkan jiwaku
Hati-hati kutangkap suara burung.
Agar imaji tak sampai terkungkung
Kubaiat ini gema membahana.
Yang mampu segarkan rumput di sabana
Cabeyan, 2021.
ulustrasi: facebook.