MENEMPUH JAZIRAH MIMPI
Untuk sementara berdiamlah di kamarmu, adik
Meski kutahu jiwamu tak pernah damai dengan hardik kerinduan
Aku juga tak punya banyak rumus untuk mensiasati air matamu
Tetapi di sini, cinta akan tetap kugembala dengan gerimis yang amat sunyi
Bukan karena apa-apa, adik
Di kotaku jalanan terlalu bising oleh kebingungan
Hingga sepi membuatku hanyut ke dalam metafora kematian
Dan jiwaku terimpit oleh keblingsatan zaman
Suatu saat setelah kukhalwatkan lukamu
Akan kutempuh dirimu dengan zikir panjang para musafir yang azali
Dan kita akan bertekad melintasi jazirah-jazirah mimpi
bernama puisi.
Gajah Wong, 2022.
KEMENANGAN
Kupilih sunyi agar dapat menemukanmu
Sebab di luar cuaca amat perih dan menyesakkan
Sebenarnya aku tak begitu pandai membaca warna dan bayang-bayangmu
Hingga luka membaptisku jadi jiwa yang rawan
Tetapi, di antara barisan kisah kebisuan
Aku selalu menyebutmu kemenangan
Dari segala kengerian cinta dan kenangan
Yang kerap menjulurkan nasib bebatuan
Maka bagiku tak berlaku segala kengiluan
Meski terkadang kusimak engkau
Sebagi ikhwal bagi setiap petualangan
Dan pada kegigihan waktu kujabarkan namamu
Agar jiwaku tak lengah oleh prosa-prosa kerinduan.
Gajah Wong, 2017.
SEPASANG MATA
(untuk Aafi)
(I)
Dari dua bilik berjauhan
Engkau sepasang mata yang rawan
Tetapi tatapmu barangkali telah menziarahi bintang-bintang
Sesekali jenguklah ke luar jendela
Barangkali masih ada sepasang mata
yang menyerah pada soal-soal senja
Atau tentang bunga-bunga bermekaran
yang tak pernah damai dengan puisi.
(II)
Jangan bilang cinta itu renyah
Jika kelembutan napasmu tak sanggup nyalakan yang ada
Mestinya kau juga harus berusaha hidup pada jazirah doa yang panjang. Entah sebagai sungai-sungai atau gerimis yang tak pernah lengah.
(III)