Kalijaran: Jejak Perjuangan Pendidikan dari Mbah Hisyam

94 views

Pada abad ke-10 Masehi bisa dibilang kejayaan Islam mencapai puncaknya. Hal tersebut dibuktikan dengan lahirnya para ulama terkemuka yang menjadi penopang ilmu-ilmu sains pada masa itu. Salah satu contohnya adalah Abu’l-Hasan al-Qurthumiah.

Ia merupakan seorang ulama yang juga sebagai matematikawan asal Persia. Salah satu karya terbesarnya adalah Kitab al-Qurthumiah. Dalam kitab ini, ia memperkenalkan sistem bilangan desimal menggunakan angka 0 hingga 9, yang saat itu dikenal sebagai sistem bilangan Hindu-Arab yang digunakan secara luas di seluruh dunia.

Advertisements

Selain itu, al-Qurthumiah juga membahas operasi matematika dasar seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian dengan menggunakan sistem bilangan desimal ini. Karyanya ini memiliki dampak penting dalam perkembangan matematika pada zamannya, dan pemahaman tentang sistem bilangan desimal yang diajarkan oleh al-Qurthumiah masih relevan hingga saat ini.

Karya ini mencakup berbagai aspek matematika, termasuk aljabar, teori bilangan, dan geometri. Salah satu kontribusinya yang penting adalah pengenalan algoritma untuk menyelesaikan persamaan kuadratik, yang kini dikenal sebagai algoritma al-Qurthumiah.

Di Indonesia, salah satu ulama yang tekun mempelajari Kitab al-Qurthumiah adalah KH Hisyam Abdul Karim atau Mbah Hisyam Kalijaran. Tidak hanya konsen terhadap ilmu-ilmu fikih dan tasawuf, namun ia juga dikenal sebagai seorang ulama ahli falak atau astronomi.

Mbah Hisyam lahir pada 8 Agustus 1909 di Purbalingga, Jawa Tengah, dan memiliki garis keturunan ilmiah yang terhubung dengan beberapa ulama ternama, seperti Syekh Imam Nawawi al-Bantani, Syekh Ahmad Khatib Sambas, dan Sayyid Ahmad Zaini Dahlan. Mbah Hisyam Kalijaran juga memiliki keterkaitan yang erat dengan Nahdlatul Ulama (NU). Ia merupakan kakek dari Siti Atiqoh Supriyanti atau akrab disapa Ning Atiqoh, istri dari Ganjar Pranowo, mantan Gubernur Jawa Tengah.

Mbah Hisyam dikenal sebagai ulama pejuang karena memang turut aktif dalam perjuangan kemerdekaan. Selain itu, Mbah Hisyam mendirikan Pondok Kalijaran, sebuah pesantren yang eksis hingga kini. Nama “Kalijaran” kemudian disematkan pada nama belakang Mbah Hisyam.

Meskipun kurang terkenal dalam skala nasional, Mbah Hisyam adalah seorang ulama karismatik yang memiliki pengaruh yang signifikan di Purbalingga. Ia wafat pada tahun 1992, dan makamnya masih menjadi tempat ziarah yang dikunjungi oleh banyak orang hingga sekarang.

KH Syamsul Qodri adalah salah satu santri kinasih dari Mbah Hisyam. Ia memiliki hubungan yang erat dengan Mbah Hisyam dan secara rutin mencatat berbagai catatan mengenai Mbah Hisyam dalam buku harian. Dalam mempelajari Kitab al-Qurthumiah, sebagai seorang murid dari ulama ternama, ia memperoleh pengetahuan luas tentang ilmu agama dan pengetahuan umum yang diajarkan oleh Mbah Hisyam, khususnya dalam bidang keilmuan astronomi.

Pengasuh Pondok Pesantren Tadzkiratul Ikhwan, Lemberang, Banyumas itu mengatakan saat diwawancarai ke kediamannya, bahwa sosok Mbah Hisyam merupakan ulama yang tidak hanya alim dalam ilmu agama, tetapi juga pakar ilmu falak.

“Memang keahliannya itu sangat luar biasa mungkin kalau sekarang bisa mendapatkan doktor kehormatan dalam bidang ilmu falaq,” ungkap Kiai Syamsul, di Pondok Pesantren Tadzkiratul Ikhwan, Lemberang, Banyumas Sabtu, (23/09/2023).

Selain itu, Mbah Hisyam juga menulis syair dalam bentuk kitab yaitu “Irsyadul ‘Awam Bi Bayani Diinil Islam”. Syair ini mengandung berbagai nilai-nilai pendidikan Islam yang telah dikelompokkan ke dalam beberapa kategori.

Di dalam syair tersebut terdapat penekanan pada aspek-aspek seperti Iman, yang menegaskan pentingnya memiliki keyakinan yang kokoh dalam Islam. Selain itu, syair ini mengajarkan konsep Ikhsan, yang mendorong individu untuk berperilaku baik dan adil dalam kehidupan sehari-hari. Taqwa juga ditekankan, mengingatkan umat Islam untuk menjaga kesalehan kepada Allah dalam semua aspek kehidupan.

Etika dan akhlak yang baik adalah fokus penting lainnya, dengan menyoroti pentingnya memiliki perilaku yang baik dan menjauhi perbuatan yang negatif. Terakhir, syair ini juga mempromosikan pentingnya Ilmu, mendorong umat Islam untuk terus belajar dan memperdalam pengetahuan agama.

Melalui karyanya, Mbah Hisyam telah memberikan inspirasi dan pemahaman yang mendalam mengenai nilai-nilai pendidikan Islam kepada umat Islam.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan