KANAAH
Merindumu adalah merindu kanaah

Sesuatu yang sederhana telah lama dimulai
sehalus jiwa merasuki nuraniku
sekotak makan yang didapat dari kondangan dan rapat
terselip kisah bahagia
sesuap demi sesuap kau ajarkan bagaimana berbagi
Kau suapkan di mulutku
Kita makan dan berkisah
Sejak saat itu aku mulai melakukan hal yang sama
Aku selalu merindu suapanmu dari apa yang aku bawa atau yang kau punya
Seperti di hari kemerdekaan ini
Kotak nasi dibuka
kau menyuapku dengan seribu kisah
berteduh di panas pelabuhan
sambil ditimpa cahaya garang dan angin yang santun
dari tempat kita makan kau menunjuk bangkai kapal di dasar laut yang biru
dalam pikiranku, mungkin suatu saat kita tidak lebih dari bangkai yang membiru dan kaku di ujung napas semesta
Kita meninggalkan pelabuhan yang gerah
berhenti dan minum air kelapa hijau di jalan aspal
Aku tampungkan sisa airnya untuk kubawa pulang
akan kuminum di pagi hari Minggu
Kau meneteskan sisa air kelapa dari batok kelapamu sendiri memenuhi kulahku
air itu memelihara dahagaku seumur hidup
Sebab itu bukan tentang air biasa
Itu kisah kita yang dalam maknanya
Kau telah menggiringku dari pekarangan dunia ini memasuki tubuh kanaah
menuntun dan membimbingku tidak kenal lelah
Ini tidak lagi tentang nasi yang aku makan dari suapanmu
Tidak juga tentang rasa air kelapa yang aku minum bersamamu
Ini tidak lagi tentang tirani yang suci
tidak lagi tentang gerakan sujud yang selalu salah aku lakukan
Ini tentang kanaah
Merindumu aku merindukan kanaah
Kupang, 17 Agustus 2025.
SEMUA JALAN TELAH RATA
Saat awal perjumpaan kita