Keteraturan Kosmos dalam Tafsir al-Tabari

128 kali dibaca

Tafsir al-Tabari tentang keteraturan kosmos tetap relevan dikaji di era modern ini. Tafsirnya bisa mendorong manusia untuk tetap menjaga keteraturan alam.

Tafsir al-Tabari tentang keteraturan kosmos tersebut merupakan tafsiran atas Surat Yasin ayat 40. Surat Yasin sendiri  merupakan salah satu surat yang sangat penting dalam Al-Qur’an. Surat ini sering kali disebut sebagai “jantung Al-Qur’an” karena kedalaman dan kompleksitas ajarannya.

Advertisements

Untuk ini, Rasulullah Saw bersabda, “Surat Yasin merupakan jantung Al-Qur’an. Dan siapa yang membaca Yasin akan diberikan pahala sama seperti 10 kali membaca Alquran,” (HR At-Tirmidzi dan Ad-Darimi).

Surat Yasin, Ayat 40, memang menonjol karena memuat penjelasan mendalam tentang keteraturan kosmos yang diciptakan oleh Allah. Ayat ini berbunyi:

مَا الْمَشْرِقُ وَمَا الْمَغْرِبُ ۗ لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ ۗ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ
“Matahari tidak mungkin mengejar bulan, dan malam tidak bisa mendahului siang. Semuanya berada dalam orbitnya masing-masing.” (Q.S Yasin [36]: 40)

Dalam Tafsir al-Tabari, Abu Ja’far Muhammad ibn Jarir al-Tabari memberikan penjelasan mendalam mengenai ayat ini. Dijelaskan bahwa ayat ini mencerminkan keteraturan kosmos yang sangat halus dan kompleks.

Tafsir al-Tabari adalah karya monumental yang mencakup penjelasan detail tentang setiap ayat dalam Al-Qur’an. Al-Tabari berusaha untuk menyajikan makna yang benar dan mendalam berdasarkan pemahaman klasik Islam.

Al-Tabari menjelaskan bahwa “Matahari tidak mungkin mengejar bulan” yang berarti menggambarkan keterpisahan jalur antara matahari dan bulan.

Hal tersebut mengindikasikan bahwa pergerakan kedua benda langit ini tidak saling bertabrakan atau saling mempengaruhi secara langsung.

Dalam konteks astronomi, ini merujuk pada orbit yang telah ditentukan dan sistem yang konsisten di mana matahari dan bulan beroperasi. Al-Tabari menegaskan bahwa sistem ini bukan suatu kebetulan, tetapi hasil dari perencanaan dan desain yang sangat teliti oleh Allah. (Al-Tabari, Abu Ja’far Muhammad ibn Jarir. Tafsir al-Tabari: Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wil Ay al-Qur’an. Jilid 19. Dar al-Turath, 1987, hlm. 131-133).

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan