Membahas soal kepemimpinan, alangkah afdal jika kita mulai ulasan kitab ini dengan firman Allah di dalam surah al-Baqarah ayat 30, yang artinya: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, ‘Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.’ Mereka berkata, ‘Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?’ Dia berfirman, ‘Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.’”
Abu al-Fida’ al-Hafizh Ibnu Katsir ad-Dimasyqi menafsirkan ayat ini sebagaimana di dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir bahwa khalifah merupakan jenis lain dari makhluk sebelumnya (malaikat). Khalifah bisa juga diartikan sebagai pengganti Allah untuk melaksanakan perintah-perintah-Nya terhadap umat manusia. Al-Qurthubi menukil dari Zaid bin Ali, menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan khalifah dalam ayat ini bukanlah Nabi Adam saja. Al-Qurthubi menisbatkan pendapat ini kepada Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud dan semua ahli takwil.
Berdasarkan keterangan tersebut kita ketahui bahwa manusia memiliki tugas sebagai khalifah (pemimpin) di muka bumi. Tugas kepemimpinan ini tidak hanya ditujukan kepada Nabi Adam, melainkan juga untuk manusia pada umumnya. Tugas manusia adalah mengelola bumi dengan sebaik-baiknya dari segala aspek kehidupan.
Sementara itu, Abu Hasan Ali bin Muhammad bin Habib Al-Mawardi di dalam kitab teori kepemimpinan ini, Al-Ahkamu as-Sulthaniyah, mendefinisikan sekaligus menegaskan tugas kepemimpinan,
الإِمَامَةُ مَوْضُوْعَةٌ لِخِلاَفَةِ النُّبُوَّةِ فِى حِرَاسَةِ الدِّيْنِ وَسِيَاسَةِ الدُّنْيَا (الصحيفة: 5)
“Imamah (kepemimpinan) dilembagakan untuk menggantikan (tugas) kenabian guna menjaga agama dan mengatur dunia.” (hlm. 5)
Dengan demikian, kepemimpinan adalah satu tema yang bertujuan untuk meneruskan risalah kenabian dengan mengemban dua tugas penting; pertama, menjaga agama melalui keberlangsungan akidah, syariat, dan akhlak; kedua, mengatur dunia dengan cara mengelola negara dan kekuasaan.
Kitab Al-Ahkamu as-Sulthaniyah tidak hanya menyebut pengertian dan fungsi kepemimpinan, namun juga memuat kriteria pemimpin ideal yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin atau calon pemimpin. Tujuannya agar dalam menjalankan misi dan tanggung jawabnya terlaksana sesuai dengan keinginan bersama.
Al-Mawardi menyebutkan kriteria pemimpin idola rakyat atau bawahan adalah sebagai berikut:
أَحَدُهَا: العَدالَةُ على شُروطِها الْجامِعَةِ
وَالثَّانِى: العِلمُ المُؤَدِّى إلى الإجتهادِ فى النَّوازِلِ والأحْكامِ
وَالثَّالِثُ: سَلامةُ الحَواسِ مِن السَّمْعِ والبَصَرِ واللِّسانِ لِيَصِحَّ مَعَها مُباشَرَةُ ما يُدْرَكُ بِها
وَالرَّابِعُ: سَلامةُ الأَعْضاءِ مِن نَقْصٍ يَمْنَعُ عَنِ اسْتِيْفَاءِ الحَرَكَةِ وسُرْعَةِ النُّهُوْضِ
وَالْخَامِسُ: الرَّأْيُ المُفْضِى إلى سِياسَةِ الرَّعِيَّةِ وتَدْبِيْرِ المَصالِحِ
وَالسَّادِسُ: الشَّجاعَةُ والنَّجْدَةُ المُؤَدِّيَةُ إلى حِمايَةِ البَيْضَةِ وجِهادِ العَدُوِّ (الصحيفة: 6)
Pertama, adil dalam makna luas. Artinya pemimpin harus mempunyai kredibilitas secara luas yang meliputi adil, disiplin, rapi, sabar, tanggung jawab, serta lebih mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.
Kedua, menguasai ilmu pengetahuan yang dapat berijtihad ketika bertemu dengan persoalan-persoalan dan hukum. Kriteria ini tidak bisa lepas dari seorang pemimpin. Demi kemajuan sebuah negara, instansi, organisasi kemasyarakatan atau lainnya, pemimpin harus mempunyai ilmu pengetahuan serta pengalaman lebih luas dalam hal manajemen, administrasi, dan sebagainya.
Ketiga, mempunyai panca indera yang lengkap dan berfungsi dengan baik. Pemimpin harus bisa mendengar, melihat, berbicara, merasakan, dan bisa mencium harum atau bau. Kelima indera tersebut harus berfungsi dengan sehat, sebab jika salah satunya mengalami masalah maka akan menghambat dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab.
Keempat, anggota tubuhnya tidak ada yang kurang. Sebagai pemimpin harus lengkap kedua matanya, kedua tangannya, kedua kakinya, akalnya serta yang lain sehingga dalam menjalankan tugas tidak akan terhambat.
Kelima, pandai dalam mengurus kepentingan dan kemaslahatan umum. Pemimpin harus mempunyai pola pikir yang baik, berakhlak mulia, berwawasan luas dan mendahulukan kepentingan umum.
Keenam, mempunyai sifat pemberani. Berani di sini maksudnya tegas dalam memutuskan perkara, menentukan kebijakan dan menyelesaikan persoalan. Juga tegas dalam menjaga keutuhan negara, serta berani mengambil risiko demi nama baik negara, bangsa atau lainnya.
Syarat ideal menjadi seorang pemimpin seperti yang tercantum dalam kitab ini, mempertegas empat sifat wajib bagi para utusan, yaitu: shiddiq (jujur), amanah (dapat dipercaya / tanggung jawab), tabligh (mampu berkomunikasi), dan fathanah (cerdas).
Kitab ini banyak dikaji oleh kalangan santri pondok pesantren dalam mempelajari dan mendalami ilmu leadership, juga menjadi rujukan utama atau grand theory bagi mahasiswa dalam menyusun tugas akhir kuliah, terutama bagi mahasiswa program studi manajemen.
Wallahu a’lam bishawab.
<Data Kitab
Judul : Al-Ahkam As-Sulthaniyah
Penulis : Abu Hasan Ali bin Muhammad bin Habib Al-Mawardi
Penerbit : Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, Beirut, Lebanon
Cetakan : 2015 A.D / 1436 H
Tebal : 328 halaman
ISBN : 978-2-7451-5220-6