KUTUKAN ABADI BULAN INI

174 kali dibaca

CERITA SEPTEMBER

dengan bibir gemetar, kuceritakan padamu peristiwa berdarah masa silam. dari balik kabut pucat, jawa tak lebihnya pulau mengerikan. mayat-mayat bergelimpangan di kolong jembatan dengan lubang bekas peluru menyisakan kepedihan.

Advertisements

di tempat lain, setelah tembakan lepas dari moncong bedil, sembilan jenderal menemu ajal. bulan menyusut dan matahari berangkat ke arah timur bersamaan kaok gagak memecah ketegangan.

pada waktu sesudahnya, diberitakan dalam radio: sejumlah prajurit bergerak menguasai batalyon dengan menyandang satu nama: g30spki. sementara di yogyakarta, satu pahlawan gugur sebagai revolusioner.

kematian yang beragam,
kesedihan yang teramat dalam.

2024.

GA-974, JAKARTA-AMSTERDAM
; mengenang munir said thalib

seperti kilat cahaya pada langit,
maut menyambar dari arah yang tak masuk akal
ketika racun adalah setrum keparat bagi nyawanya
dari dalam pesawat dengan nomor penerbangan GA-974
rute jakarta-amsterdam itu, deru mesin tak lagi jelas ia dengar

semua serba kabur
termasuk patahan-patahan nasib
kebahagiaan dan kesedihan
barangkali, malam adalah upeti kematian baginya

setelah matahari hilang bentuk
warna merah padam,
bahasa jadi nisan makam tua
pelan-pelan mencatat sejarah bagi masa depan

keadilan tak berperi
kemanusiaan bergerigi,
sampai pada ajal menghampirinya
masihkah kalian bertanya,
siapa pembunuhnya?

2024.

SUARA JANDA MALANG
; buat amir biki

semacam kutukan tuhan yang abadi, aku terkepung dalam sedih dan kecewa. keadilan tak ubahnya perlombaan yang sulit dimenangkan, biki.

di sini, di kampung priok yang damai, aku janda yang kesetiaannya terjaga.

meski angin sakal dari tenggara mengempas
dan ombak masih menerjang,
pada dermaga ini, biki
suaraku masih lantang menyuarakan kebenaran.

2024.

SURAT KESEDIHAN

ada yang perlahan pucat,
ketika pelan-pelan kucatat kesedihannya
pada riuh sungai dan cemara gugur
kehilangan masih menjadi bunyi paling keras
yang menggema di dadanya

barangkali, ia masih ingat
bagaimana cara angin melepaskan reranting
juga matahari yang berjalan lambat
meraba puncak kesunyian

kerinduan berulang kali
menanggung empedu masa lalu
kepedihan yang menganga
perjalanan yang berhenti
segalanya serba padam

2024.

Ilustrasi: bandungbergerak.id

Multi-Page

Tinggalkan Balasan